Sunghoon tidak bisa melepaskan Yeji begitu saja setelah kejadian kemarin malam. Yeji terkejut dan enggan membuka laptopnya untuk beberapa hari. Tepat di hari ke-3 Sunghoon sudah bisa melepaskannya sendiri.
"Belajar yang rajin, nanti kakak jemput," ucap Sunghoon sembari melepaskan helm yang terpasang cantik di kepala Yeji.
"Nanti aku telfon kakak aja deh, aku ada kelompok belajar," tatapan mata Yeji mengarah langsung ke mata Sunghoon berharap akan mendapatkan jawaban setuju dari kakaknya itu.
"Kelompok belajar di mana?"tanya Sunghoon membalas tatapan mata Yeji.
Mereka seperti memberikan serangan tidak terlihat hanya melalui tatapan mata. Yeji yang mempengaruhi kakaknya agar luluh olehnya sedangkan Sunghoon dengan tatapannya yang dingin membuat Yeji tidak nyaman untuk terus menatapnya.
"Di perpustakaan deket alun-alun kak,"jawab Yeji.
"Nanti sama kakak aja belajarnya,"tawar Sunghoon.
"Ada temen Yeji kak,"bujuk Yeji.
Kejadian beberapa hari lalu masih begitu berbekas untuk Sunghoon. Yeji adalah adik satu-satunya.
"Jam 5 kakak jemput," jawaban akhir dari Sunghoon membuat Yeji tersenyum.
Setidaknya dia memiliki dua jam untuk belajar bersama teman-temannya dan juga yang lainnya. Setelah berdebat panjang dengan kakaknya, Yeji berlari masuk ke dalam sekolahan.
Tatapan mata Sunghoon tidak bisa lepas dari adiknya yang berlari dengan begitu ceria di dalam sana. Segaris senyuman tercipta di bibir Sunghoon, melihat adiknya yang ceria seperti candu lain untuknya.
"Dia udah besar."
Sunghoon melajukan motornya menjauhi sekolahan Yeji. Tujuannya sekarang hanyalah sekolahannya. Sepanjang perjalanan Sunghoon hanya menatap ke arah jalanan dan sesekali melihat orang-orang yang menyebrang.
Beruntung motornya tidak menghabiskan banyak waktu di bengkel jadi dia bisa menggunakannya lagi. Walau dia lebih sering menggunakan bus.
Motor yang dia kendarai kini berhenti di parkiran yang sudah dipenuhi oleh motor lain. Tidak banyak yang menggunakan motor jadi terlihat lebih luas dan tidak sepadat itu.
Sunghoon berjalan dengan memainkan kunci motor di tangannya, dia melihat ke sekeliling. Dia tidak menemukan adanya keberadaan Jaeyun ataupun orang-orang yang dia kenal.
Suara bising yang tercipta karena kunci yang terbentur ke lantai begitu juga dua bahu yang saling beradu banteng membuyarkan lamunan Sunghoon. Dia menatap ke arah orang yang baru saja menabraknya.
"Mata dipake,"ucap orang itu lantas pergi meninggalkan Sunghoon.
Sunghoon mengernyitkan dahinya, mata orang itu terlihat berbeda. Dia aneh.
"Dia pake lensa mata? Aneh," gumamnya lalu meraih kunci yang jatuh di lantai.
Sunghoon meletakkan kuncinya di dalam tas, tangannya berganti meraih ponsel yang sedari tadi menganggur. Tangannya dengan lihai mengetik di atas layar ponselnya.
"Halo? Jaeyun, lo di mana?"tanya Sunghoon mengedarkan pandangannya berharap menemukan seseorang yang dia cari sedari tadi.
"Maaf Sunghoon, bakal ada acara di aula jadi gue bantu-bantu," jawab Jaeyun dari sebrang telepon.
"Acara apa?"kini nadanya sangat serius.
"Sini aja bantuin," ucap Jaeyun.
"Ngga ah, gue bukan anak organisasi juga,"jawab Sunghoon dengan enteng.
KAMU SEDANG MEMBACA
7Vampires
VampireSunghoon yang hidup dalam keluarga bahagia dikejutkan dengan fakta bahwa dia memiliki sepasang taring tajam dan juga matanya akan merah menyala saat dia marah. Dia mencari tahu tentang apa yang terjadi dengannya namun kebenaran lainnya yang dia dapa...