[10] A Letter

171 19 6
                                    

"Kak Jae itu lucu ya orangnya? Baik juga,"ucap Yeji memuji Jaeyun di tengah makan malamnya bersama Sunghoon.

Hanya ada mereka berdua terduduk di kursi masing-masing. Tidak ada hentinya Yeji memuji Jaeyun karena sudah mengajaknya bermain tadi.

"Kak, kapan-kapan main sama Kak Jae lagi ya?"ucapnya sebelum akhirnya menghabiskan suapan terakhir di piringnya.

"Iya,"jawab Sunghoon.

"Kakak kok belum habis makanannya? Di sentuh aja engga,"renggut Yeji.

Tatapan mata Sunghoon bertemu dengan netra adiknya. Tidak berbeda dengan netranya yang cerah, hanya saja lebih cantik dari milik Sunghoon.

Entah Yeji yang lupa atau memang tidak mengerti, Sunghoon tidak terlalu bersemangat untuk memakan makanan yang disediakan di atas meja. Dia tidak bernafsu.

"Kakak udah selesai makannya, kakak duluan ke kamar ya?"ucap Sunghoon membawa piring dan juga gelasnya ke wastafel.

"Taroh aja kak, nanti aku yang nyuci,"sahut Yeji tanpa menatap kakaknya yang berada di belakangnya.

"Makasih."

Sunghoon berjalan ke kamarnya setelah menegak segelas air putih. Rasanya sangat hampa, bahkan segelas air saja tidak terasa di tenggorokannya saat diminum.

"Gue mau darah,"ucap Sunghoon dengan tatapan kosongnya.

Dia sudah terlalu sering membeli darah di rumah sakit. Dia harus membelinya dari siapa lagi?

Sunghoon membaringkan tubuhnya di kasur, seketika dia teringat oleh amplop coklat yang dia temukan di halte tadi. Dia meraih amplop itu dan mulai membacanya dengan perlahan. Setiap huruf yang nampak membuat Sunghoon semakin berfikir keras.

Each piece has its own meaning and characteristics. Unite the broken ropes and destroy greed.
2/6

"Ini maksudnya apa sih ah!"frustasi Sunghoon saat membaca surat itu.

Ada banyak arti dalam setiap kalimat yang ada. Sunghoon mencoba mengabaikannya, dia meletakkan surat itu di laci tanpa ada niat untuk membukanya lagi. Dia hanya ingin ketenangan.

Ketenangan yang membawanya ke dalam alam mimpi.

"Uh, capeknya."

Yeji mendudukkan tubuhnya di kursi belajarnya. Tangannya meraih buku pelajaran yang sudah dia tandai sebagai tugas rumah. Di lihatnya ada tulisan yang sangat rumit untuk dimengerti.

"Huh, matematika,"keluh Yeji saat melihat semua angka-angka yang ada selama 5 detik.

Yeji mulai fokus pada tugas rumahnya. Dia melihat beberapa situs yang membantunya untuk belajar.

"Ini apa sih ah? Tanya kak Hoon? Ah engga, dia ngga paham,"bingung Yeji.

"Ah, kan ada web itu bentar-bentar."

Yeji mengetik sesuatu di laptopnya, hingga akhirnya dia menemukan situs web yang bisa menyelesaikan soal dengan beberapa penjelasan. Ada sesi berdiskusi dengan orang yang tidak dikenal, mereka semua disembunyikan identitasnya, maka dari itu mereka masih bisa berinteraksi dengan nyaman.

Bantu aku untuk soal nomor 3|
[Send image]|

Tidak sampai 10 menit Yeji meninggalkan web itu untuk menyelesaikan soal selanjutnya, sudah ada seseorang yang membalas postingan Yeji. Dia membukanya dengan senang tentu saja. Berharap akan ada jawaban dan penjelasan.

7VampiresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang