Tidak pikir panjang, Sunghoon berlari keluar area sekolah dan meninggalkan jam pelajarannya. Yeji menjadi satu-satunya yang dia pikirkan saat ini. Sunghoon berlari ke parkiran untuk mengambil motornya. Dengan terburu-buru Sunghoon menaiki motornya dan membawa motor itu dengan kecepatan tinggi.
"Anjing."
Sunghoon terpaksa harus menghentikan motornya, gerbang depan yang masih tertutup rapat membuatnya kesulitan untuk keluar. Tanpa pikir dua kali, Sunghoon berlari dan memanjat pagar.
Tidak peduli dengan motornya, Sunghoon segera menghentikan taksi. Sebelum satpam sekolah tau dia kabur, Sunghoon sudah lebih dulu masuk ke dalam taksi dan pergi dari sekolahan.
Sunghoon menelpon Yeji, tapi tidak ada jawaban seperti yang dia inginkan. Hati Sunghoon semakin tidak tenang, dia meminta supir taksi untuk lebih laju membawa mobilnya.
Menghemat 10 menit, Sunghoon sudah sampai di sekolahan Yeji dan berlari ke gerbang. Tidak ada Yeji sama sekali, dia sangat khawatir dengan adiknya itu. Dia terus saja menelpon nomor Yeji tapi tidak ada jawaban sama sekali.
Sunghoon semakin kebingungan, dia tidak tahu harus kemana. Sepanjang waktu Sunghoon menunggu Yeji hingga sekolahan itu mulai sepi. Sunghoon masih menelpon Yeji, terlihat ada 50 lebih riwayat telpon yang Sunghoon lakukan untuk mencari lokasi Yeji sekarang.
Di tengah kebingungannya, seseorang mulai menghampiri Sunghoon dari belakang. Dia meraih bahu Sunghoon dan dalam sekali pukulan Sunghoon mulai pusing dan terjatuh.
Pukulan di tengkuknya membuat dia terkejut dan pusing, dia mencoba melihat siapa yang berani memukulnya tapi pandangannya sudah buram dan dia tidak tau apa yang terjadi setelahnya.
Mata Sunghoon yang tadinya tertutup rapat kini sudah terbuka secara perlahan, tidak ada yang bisa Sunghoon lihat selain dinding dan juga beberapa kursi di dalam ruangan yang cukup sempit dan pengap ini.
Dengan kebingungan, Sunghoon melihat sekitar mencari apa yang terjadi dengannya tapi yang dia dapatkan adalah tangannya yang diikat bersama dengan tubuhnya yang menempel di kursi akibat terlalu keras tali itu mengikat.
Terdengar suara tawa seseorang yang sangat Sunghoon kenal. Sunghoon melihat sekeliling, tidak ada yang dia lihat, hanya dinding.
Sialan dia jebak gue.
"Lo diem aja di sini ya? Udah paling bener duduk manis,"ucap Heeseung yang kini berjalan menghampiri Sunghoon.
Seberani itu Heeseung sampai membuat Sunghoon tidak bisa melakukan apapun untuk melindungi adiknya.
"Lo tuh ganggu, gue cuma mau minta sedikit, mungkin,"ucap Heeseung.
"Lo yang ganggu! Stop lo bersikap gila,"ucap Sunghoon.
"Kenapa? Gue cuma mau kebebasan gue,"ucap Heeseung dengan angkuh di depan wajah Sunghoon.
"Apa yang ganggu lo ha? Lo dapet anugrah, lo ngga bakal mati, lo bisa punya kekuatan, apa yang lo pengenin?!"sentak Sunghoon dengan menatap mata Heeseung.
"Ini kutukan buat gue,"ucap Heeseung.
"Lo bisa lebih kuat dari yang lain."
"Termasuk lebih kuat dari Lo?"
Melihat wajah Heeseung yang merasa dirinya menang, Sunghoon menahan dirinya untuk tidak mengeluarkan kata-kata kasar dari mulutnya.
"Adik lo aman kok, Jongseong yang awasin,"ucap Heeseung dengan kekehan kecil.
"Gue bilang Stop!!"
"Ups, udah mau selesai."
Sunghoon benar-benar marah dibuatnya. Dengan sekuat tenaga Sunghoon berusaha melepaskan tali yang ada di tangan dan juga tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
7Vampires
VampirSunghoon yang hidup dalam keluarga bahagia dikejutkan dengan fakta bahwa dia memiliki sepasang taring tajam dan juga matanya akan merah menyala saat dia marah. Dia mencari tahu tentang apa yang terjadi dengannya namun kebenaran lainnya yang dia dapa...