Marsha tersenyum Pepsodent saat berdiri tepat di depan toko barang bekas. Ia bahagia bukan main karena hari ini ia jadi membeli radio lama yang sudah ia idam-idamkan dari tiga bulan yang lalu.
"Jadi beli?" Kathrina berdiri tepat di samping Marsha. Tentu saja, dia menemani Marsha.
"Jadi lah, ayo!"
"Kata nya mau burung merpati."
"Ribet ahk ngurusin nya."
"Yaudah." Acuh Kathrina.
Mereka akan melenggang masuk ke dalam toko, namun itu tadi. Sekarang mereka sudah berhenti secara dinamis atau serentak saat suara berat mengundang dua sahabat itu untuk berbalik arah ke belakang.
Lelaki rambut ikal itu melambai kikuk dan memaksa senyuman yang nampak hambar di pengelihatan Kathrina.
"Kamu, Badrun?" ungkap Kathrina menyambut Marsha untuk mengkerutkan kening keheranan.
"Y-ya itu sa-saya." Gugup sekaligus salah tingkah hingga berhasil mengurai rambut ke belakang.
"Badrun siapa?" Bisik Marsha yang pelupa.
"Cowok yang gak gue terima waktu lamaran."
Marsha mangut-mangut.
"Kalian lagi disini mau apa?"
Kathrina menunjuk toko yang mereka belakangi "Nyari barang jadul."
Badrun mengangguk dengan mata tak lepas memandang Marsha "Kalau begitu saya duluan,"
"Loh mau kemana?"
"Pulang mbak, Kakak saya sudah nunggu."
Kathrina mengiakan Badrun yang pamit untuk pulang.
Marsha, hanya mendengarkan tak berucap. Bisa di bilang cuek.
"Ayo, jadi gak beli nya?"
"Nanya mulu, ayo beli."
Berkutat, meneliti, bertanya dari barang sini ke barang sana adalah aktivitas yang sedang Kathrina dan Marsha lakukan agar mendapat radio bekas yang berkualitas, setidak nya bukan hanya bisa nyala saja namun juga bisa bertahan lama. Maklumlah... membeli barang bekas harus teliti dan banyak perhitungan pula.
Tapi, seperti nya pernyataan harus teliti bukan hanya di peruntukan untuk barang bekas saja, tapi juga berlaku untuk barang baru. Sebab sama percuma nya jika membeli barang baru namun cepat ancur seperti barang lama. Sekali lagi, pilah-pilah memang di haruskan agar mendapatkan barang bagus berkualitas tinggi. Tidak seperti mantan.
"Mau yang mana?" Tanya Kathrina menyikut lengan Marsha.
Langsung saja Marsha mengangkat satu radio yang cukup tua dengan sonatec pr-328 keluaran tahun 84 kebawah. Tak tahu mengapa hati nya menginginkan radio yang sebelumnya ia pegang "Ini,"
"Enggak akan ganti?"
"Nggak, gue mau bayar."
"Oke, let's go."
☆☆☆☆☆
"Ketika waktu mendatangkan cinta, aku putuskan memilih dirimu, setitik rasa itu meneteskan semakin parah,"
"bisa ku rasa getar jantung mu mencintai ku apa lagi aku, jadi kan lah diriku pilihan terakhir hati mu."
Senandungan itu bersumber dari radio. Tentu saja, Marsha yang mendengarkan setiap untaian lagu yang di mainkan acak stasiun radio yang di pilih oleh dia sendiri. Sembari mendengarkan siaran, ia juga sesekali menyeruput teh hijau yang kian mendingin oleh hembusan angin yang tak sengaja meniup cangkir hingga membuat isi didalam nya mendingin perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kolase Tentang Mu [ZeeSha] USAI✓
Teen FictionMengabadikan kisah mu dalam ingatan adalah cara terakhir ku untuk terus merasakan hadir mu