Fajar ditarik turun di bawah pelupuk sang langit yang menghembuskan angin dingin, dan bulan mulai beranjak naik diantara kegelapan bersama taburan gemintang yang memperindah malam. Di depan rumah, tepat nya di taman ayah dan anak saling terdiam dengan tangan masing-masing menggenggam cangkir dengan minuman kesukaan masing-masing.
"Kemarin Daddy nggak sempat ngobrol sama kamu, jadi kita ngobrol sekarang aja gimana?" Nathan memulai pembicaraan.
"Daddy mau bilang sesuatu dulu?" balik Marsha.
Nathan menyeruput kopi dan menghembuskan nafas sesaat kopi mengalir ke dalam tubuh untuk di cerna "Tadi, Dokter Riyan bilang bahwa waktu yang di tentukan untuk operasi mata hampir habis, dan nggak bisa terlalu lama di biarin atau mata kamu gak berfungsi sama sekali. Daddy boleh minta kamu untuk cepat-cepat operasi mata? buat kebaikan kamu juga."
"Kemarin aku mau bilang kalau aku mau operasi, tapi ada syarat yang harus Daddy setujui, gimana?"
"Apa? kamu mau apa?"
"Aku mau adopsi anak."
Hening.
Sampai Nathan berkata, "kenapa syarat nya harus itu?"
"Aku cuma mau punya anak, tapi bukan dari rahim aku, Dad." Jawab Marsha.
"Dari mana kamu dapat pikiran kaya gini?"
"Bukan pemikiran tapi keinginan, Dad... aku pengen punya anak waktu ketemu Freya sama Harsa."
"Adopsi anak itu nggak semudah apa yang kamu bayangkan, belum lagi pendidikan nya, bagaimana kamu didik nya. Nggak semudah itu, nggak segampang kamu beli merpati terus sehari tiga kali kamu kasih makan." Sahut Nathan sangat tak menyetujui keinginan anak nya yang sangat tak ia mengerti.
Marsha mendengus dingin "aku udah pikirin baik buruk nya gimana, semua nya--"
"--enggak, Daddy nggak setuju." Tegas Nathan.
"Yaudah, biarin aja aku buta." Ujar Marsha.
Nathan menghembuskan nafas pendek, dan mengusap wajah nya yang mulai keriput "Soal adopsi kita obrolin nanti lagi dan soal operasi kamu harus setuju."
"Daddy, aku bukan anak kecil yang nggak tahu apapun, yang semua hal harus Daddy siapkan dari A sampai Z. Umur aku udah 25 tahun Dad, biarin aku nentuin hidup aku sendiri dengan pilihan aku." Setelah nya beranjak menghindari Nathan.
Nathan menghembuskan nafas dan kemudian mencari ponsel nya, menggulir layar hingga nama 'Kathrina' yang ia telpon.
"Hallo, Om? ada apa?" Kata Kathrina dari seberang.
"Kathrina kamu kalau nggak sibuk bisa ke rumah Om? Om butuh bantuan kamu buat bujuk Marsha."
"Maaf Om, aku nggak bisa. Kerjaan deadline semua."
"Oh, gitu ya... ya udah gak papa, maaf Om ganggu, salam buah Mommy-Papa."
"Iya, Om. Maaf banget nggak bisa kesitu, tapi mungkin kalau udah selesai aku sempetin ke situ. Aku tutup dulu ya Om, maaf sekali lagi."
"Iya."
Dengan cepat jemari nya berselancar mencari nomor telepon sahabat sang anak sebab hanya mereka yang bisa membuat Marsha tak keras kepala.
"Ashel di sini!"
"Ashel, kamu sibuk atau enggak? Semisal enggak tolong ke rumah Om, Om butuh bantuan kamu buat bujuk Mars--"
"--Hallo gimana om?"
"Om but--"
"--Om Hallo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kolase Tentang Mu [ZeeSha] USAI✓
Teen FictionMengabadikan kisah mu dalam ingatan adalah cara terakhir ku untuk terus merasakan hadir mu