Hari ini Marsha terbangun dini hari sekali, kini dia tengah berduduk-duduk santai di balkon bersama Indah, sementara di depan sana kemuning langit mulai berpendar, segala kegelapan mulai perlahan berganti warna, ada biru di kejauhan. Semesta memang menakjubkan.
"Soal Ashel sama Kathrin gimana?"
"Aku nggak tahu kak, biarin aja mereka marah. Mereka bener kok, aku terlalu mementingkan sesuatu yang jelas nggak penting buat di pertahankan. Zee udah lama meninggal, harus nya aku sadar itu dari dulu, bukan sekarang-sekarang."
"Mereka berdua mau nya kamu bisa menempatkan sesuatu di tempat nya. Maka nya, Atin sering bilang hati sama otak kamu nggak pernah berjalan di seharus nya mereka berjalan."
"Iya, aku sadar nya baru sekarang, jadi yaudah mereka mau marah sampai kapan pun nggak masalah buat aku. Biarin dulu mereka luapin kemarahan nya, nanti, kalau udah reda aku bakal minta maaf."
Respon Indah hanya tersenyum lantas menyesap coklat hangat sembari memandang jauh pada mentari pagi yang mulai memunculkan hangat nya dengan malu-malu "senja sama embun." sejenak terkekeh-kekeh mengingat curhatan Marsha akan kisah yang pernah di lalui nya dengan Zee.
"Kenapa musti senja sama embun? dari waktu mereka munculpun udah nggak bisa bersama, senja sore sedangkan embun pagi. Coba kalau salah satu dari kalian pilih hujan, bisa jadi kalian bersatu." kata nya bergurau.
"Kita juga ketemu waktu gerimis, depan club, waktu aku nganter Ashel. Zee waktu itu posisi nya lagi gamon, mabuk parah malahan." ungkap Marsha.
"Oh, ya? kenapa nggak cerita?"
"Aku kira Kakak tahu dari Ashel."
"Ashel nggak bilang apapun, dia cuma bilang kalau kamu lagi deket sama atasan aku. Terus, kebiasaan apa yang selalu Zee lakuin kalau lagi manja?" penasaran. Percayalah Indah menanyakan hal ini bukan sekedar untuk bertanya saja, melainkan ingin menguji bagaimana keteguhan hati Marsha, setelah semalaman bercerita ingin perlahan-lahan membuka lembaran baru dan mencoba menerima kepergian Mommy nya dan Zee.
"Lagi manja... Zee paling suka tiduran, pangkuan aku di jadiin bantal."
"Lebih dari itu ada?"
Marsha geming untuk beberapa saat "nggak ada,"
"Kalau marah?"
"Diam, itu juga kalau lagi marah banget."
"Marah nya Zee gitu?" agak tak percaya "pernah bentak kamu atau enggak?"
Marsha menggeleng cepat "Zee hampir enggak pernah bentak aku kalau lagi marah, kalau dia marah banget paling mentok diemin aku beberapa jam, terus nanti nya datang lagi nggak ngomong apa-apa langsung peluk sambil sesekali bilang maaf terus ajak makan ke tempat kesukaan aku ."
"Zee pernah lapiasin nafsu nya nggak sih? secara dia marah pun, malah dia yang minta maaf, padahal aku yakin kesalahan di kamu, soalnya Zee perfeksionis orang nya." Indah menerka-nerka.
"Pernah,"
Sontak Indah membulatkan matanya "serius?! gimana?"
"Kakak masih ingat waktu aku di ajak sama dia kepesta pembisnis?"
"Iya, terus-terus?!"
"Waktu itu Zee dalam keadaan sadar seratus persen, dia bilang cinta tapi aku nggak jawab, mungkin karena marah terus di tolak akhirnya ya... gitu." Berhenti ketika Indah bertanya,
"Kejadian, nggak?!"
Marsha menggeleng penuh semangat "Untung nya enggak, dia langsung lepasin aku dari pelukan dia."
"Habis itu?"
"Minta maaf lagi, bahkan sampai ngigau."
Indah mangut-mangut "sebenarnya kamu tuh udah nemuin duplikat Om. Zee orang nya, cuma karena kamu nggak terlalu percaya cinta makanya kamu susah di ajak melangkah lebih jauh lagi sama Zee. Kalian--" Ia terdiam beberapa saat hingga kemudian melongok ke bawah dengan tangan menggenggam erat pagar dan mata menyipit penuh telisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kolase Tentang Mu [ZeeSha] USAI✓
أدب المراهقينMengabadikan kisah mu dalam ingatan adalah cara terakhir ku untuk terus merasakan hadir mu