"Cinta, cinta, cinta, cinta--" ucapan sumbang Marsha terhenti kala suara serak basah menyapa gendang telinga.
"--Cinta itu sederhana," seloroh Aran duduk di anak tangga teras persis di samping Marsha.
Cepat-cepat Marsha beranjak untuk menjauhi lelaki yang tanpa permisi duduk di sampingnya.
"Kenapa?" heran Aran, mendongak memperhatikan lamat-lamat surai wajah Marsha.
"Permisi dulu nggak berat'kan?" Selak nya ketus. Sial, emosi nya terpancing akibat Aran menyelonong begitu saja duduk di samping nya.
Aran mengangguk terpatah-patah lalu beranjak menyamakan tinggi nya dengan Marsha "Bicara baik-baik lebih enak'kan?" timpal balik Aran.
Marsha berdecak, meremas tongkat sekuat nya dan segera masuk kedalam rumah meninggalkan Aran di luar.
"Loh? kenapa masuk lagi? ayo, bukan nya mau cari jajanan." Ujar Nathan saat berhenti di depan sang putri kesayangan.
"Ada cowok gila."
Kening Nathan mengkerut "Cowok? gila? siapa?" Tanya nya beruntun.
"Hallo Om!"
Tubuh Nathan memutar dan tak lama senyum nya merekah melihat lelaki berperawakan tinggi sedang tersenyum lebar pada nya "Zahran." Panggil nya.
Lelaki berpakaian biasa itu mematrikan langkah mendekati Nathan "Aran, Om." koreksi nya.
"Sama saja, ada keperluan apa datang kemari?" tanya Nathan terkekeh.
Sekilas Aran melihat Marsha yang berdiri di belakang Nathan, ia perhatikan wanita itu tengah misuh-misuh tak jelas sebab gerak bibir nya seperti komat-kamit "begini Om, Papa pesan besok meeting di undur sampai klien datang kemari, kira-kira tiga hari."
"Kenapa nggak telepon saja kalau hanya mau bilang jadwal di undur?"
"dari tadi Papa sudah berkali-kali telepon Om, tetapi tidak ada jawaban. Oleh karena itu saya kesini, Papa takut Om tidak membuka ponsel sampai besok."
Mendengar nya Nathan tertawa kecil dan menepuk-nepuk pundak Aran "Ponsel Om memang sengaja di matikan, tapi ya nggak apa-apa, sudah terlanjur juga kamu kesini."
Aran mangut-mangut sembari tersenyum dengan mata tertuju pada Marsha.
"Kamu habis ini mau kemana?"
"Langsung pulang, Om. Saya hanya menyampaikan pesan Papa saja."
"Oh, nggak mau ngopi dulu?"
"Daddy bukan nya mau anter aku pergi?" seloroh Marsha yang sedari tadi diam.
"Saya pulang, om. Mari, Marsha(?)" akhir yang pelan tapi di dengar oleh ayah dan anak.
Langkah Aran terayun tanpa bersalaman terlebih dahulu dengan Nathan. Lelaki itu nampaknya tidak terlalu memperdulikan ke biasaan orang Indonesia: bersalaman dengan yang lebih tua sebelum pergi. Sambil sesekali mengurai rambut tebal nya dia berlari kecil menuju mobil nya, hal itu tertangkap di pengelihatan Nathan.
Pria paruh baya jelas langsung mengibaskan tangan di depan wajah akibat prasangka buruk nya pada Aran "Sayang, ayo." mengulurkan tangan menggenggam tangan Marsha.
Marsha mengangguk walau masih ada rasa kesal karna lelaki tak ia kenal mengganggu waktu berpikir nya.
☆☆☆☆☆
"Kau, mampu, membuat ku tersenyum, dan kau bisa membuat nafas ku lebih berarti. Kau jaga selalu hatimu, saat jauh dari ku, tunggu aku kembali. Ku mencintaimu selalu menyangimu sampai akhir menutup mata..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kolase Tentang Mu [ZeeSha] USAI✓
Teen FictionMengabadikan kisah mu dalam ingatan adalah cara terakhir ku untuk terus merasakan hadir mu