=Hehe=
||
-Ini bukan tentang menyerah atau kalah,
Tapi ini tentang lelah yang tak kunjung sudah-||
Reynan beberapa kali menggeram kesal, tak jarang ia memukul meja atau menendang kursi untuk meluapkan kekesalannya. Entah apalagi yang di lakukan Veranda dan Shani, yang jelas cukup membuat urat leher Reynan tampak terlihat jelas saat ini.
Reynan memilih berjalan menuju pintu utama. Menunggu kedatangan dua tuan putri yang sejak tadi tak ada kabarnya. Bahkan Vino yang bertugas untuk menjemput mereka, tak bisa lagi berkata-kata. Sudah bingung harus mencari Shani dan Veranda kemana.
Satu jam berlalu. Reynan nampak tak gentar. Tak peduli jam berapa sekarang ini, ia tetap berada di posisi. Jangankan hingga tengah malam atau dini hari, hingga subuh pun dia akan tetap menunggu.
Hingga akhirnya yang ditunggu menampakkan wujudnya. Keduanya berjalan dengan tenang sambil bergandengan tangan. Seolah tak peduli dengan raja singa yang sudah siap ngamuk di hadapan mereka.
"Dari mana saja kalian?!!" Kalimat dengan nada rendah namun sarat emosi menyambut kedatangan Veranda dan Shani "Bukankah sudah saya peringatkan untuk tidak pergi kemana-mana!" Lanjutnya.
Kalimat Reynan ibarat debu yang berhamburan tersapu angin. Tak satupun yang bersarang di telinga Veranda dan Shani. Masuk kuping kanan, keluar kuping kiri. Gak sempet parkir.
"JAWAB SAYA!!"
Reynan berkacak pinggang di hadapan kedua putrinya. Sungguh ia merasa harga dirinya sudah tak lagi ada, dua-duanya malah melenggang tak peduli dengan murka sang papa.
"Ve--
"Berisik pa!!" Sela Shani yang kini berhenti lalu berbalik menatap Reynan "Udah malem ini. Kalo papa mau marah, marahin si Vino sana"
"Vino sudah menjemput kalian tapi kalian malah hilang!"
"Siapa suruh lelet jemput kita"
"Vino sudah tepat waktu, dan sudah mencari kalian kemana-mana dan kalian tetap tidak bisa di temukan. Kalian sengaja kan?"
"Itu berarti si Vino gak becus nyari kita" ledek Shani membuat Veranda terkekeh pelan. "Gimana mau jadi suami Kak Ve kalo nyari doang aja dia ga becus. Malu-maluin aja"
"Shani!! Jaga bicara kamu!"
"Upsss! Maaf, papa ketampar fakta ya?"
Seolah tak ada takut-takutnya, Shani dan Veranda kembali tertawa.Wajah Reynan kini sudah merah padam, rahangnya mengeras, disusul kepalan tangan yang semakin erat. Melihat itu Veranda segera menarik tangan Shani untuk
Kabur dari amukan singa di hadapan mereka. Melesat menuju kamar masing-masing meninggalkan Reynan yang masih diam ditempatnya.______
Veranda baru saja keluar dari kamar mandi. Hendak merebahkan diri, namun suara gedoran pintu membuat ia mengurungkan niatnya. Diliriknya sekilas jam dinding yang menunjukkan pukul 1 malam.
Tak ingin membuat penggedor hebat itu menunggu, Veranda segera membuka pintu. Sedikit kaget karena ternyata sang Papa yang muncul di hadapannya, bukan Shani seperti perkiraannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let The Love Choose
FanfictionKawasan GXG, Harap Bijak dengan segala sesuatu nya. Terimakasih