1.PROLOG

243 25 58
                                    

***

Malam itu cukup cerah, dengan sinar rembulan yang tidak terlalu membantu penerangan jalan. Lautan bintang tersembunyi di balik kumpulan awan, memberi kesan sepi dan sedikit sunyi pada langit.

Terlihat, Gadis cantik berambut hitam kemerahan yang sebelumnya berencana merayakan kenaikan usia bersama Teman-teman lantaran ayah, ibu, dan saudaranya berada di luar kota, harus mengalami sebuah masalah yang membuat raut wajah cantiknya menjadi panik nan memucat.

Siapa yang menyangka jika semua ini akan terjadi?

BROUM! BROUM! BROUM...!

Suara kenalpot akrapovic berbunyi keras, menggelegar seraya bersaut-sautan di area jalan raya. Sekelompok besar Anak-anak remaja terlihat tengah berkumpul tepat di bawah jembatan penghubung, di atas jalan tol yang terkesan sedikit lebih sepi dikarenakan malam hari.

"Woho...!" sorak-sorai gembira para Pendukung sekaligus Penonton, seolah saling beradu lantang dengan kenalpot masing-masing orang yang hendak mengikuti balap liar tersebut.

Namun, tidak dengan dua Gadis sebaya yang tertahan dengan raut dan perasaan yang sama-sama panik nan memucat di pinggir jalan. Percayalah, jika salah satu dari mereka bukanlah anak nakal yang suka bermain-main seperti itu.

Mengikuti kegiatan brandal yang tidak mematuhi peraturan pemerintah, membuang waktu sia-sia, serta mempertaruhkan nyawa hanya untuk sebuah hadiah kecil yang dijadikan jaminan.

Namun, khusus malam ini, hadiahnya bukan sekedar uang ataupun barang, akan tetapi ...

"Aku?"

"Iya!" sergah Zeandra, Sahabat baik si Pemeran utama kita, yaitu, Amanda Nadhira. "Mereka tuh, lagi ngerebutin elo, Manda...!"

"Hah?" tanggapan yang cukup singkat, juga masuk akal.

Sungguh, Amanda sama sekali tidak mengharapkan hal buruk seperti ini terjadi, karena bahkan beberapa saat sebelumnya, mereka masih baik-baik saja merayakan ulang tahun Gadis bermata cokelat itu dengan acara makan-makan sederhana di rumahnya.

Namun, mengapa sekarang mereka malah berada di sini?

Menelan ludah sendiri, Amanda tanpa banyak berucap lekas berlari mendekati Candra, salah satu peserta balap liar yang kemudian ia cengkeram kuat lengannya.

"Kenapa?" tanya Candra seraya membuka kembali lensa helmnya.

Melihat Amanda yang mendekati Candra, sebagian besar dari Peserta ikut terdiam untuk mendengarkan apa yang Calon hadiah mereka ingin katakan.

"Berhenti! Bubarin semuanya!" tegas Amanda khawatir. "Kalian tuh, mau ngapain, sih?"

Astaga...! Gadis itu bahkan belum genap enam belas tahun lantaran kurang satu jam sepuluh menit lagi untuk sampai di hari ulang tahun yang seharusnya baik-baik saja. Namun, mereka malah merusak malam hari baik Amanda dengan cara yang sangat-sangat konyol dan sedikit tidak masuk akal begini.

"Bukannya lo udah denger semuanya?" terka Ryan, salah seorang peserta balap liar sekaligus Kakak kelas Amanda di sekolah. "Candra bakal nyerahin lo, kalo salah satu dari kita mampu ngalahin dia."

Pernyataan yang cukup membuat Gadis bermata bulat itu renyuh dengan apa yang baru saja ia pahami baik-baik.
Mengapa mereka memperlakukan Gadis sepolos Amanda seperti mainan?

"Aku nggak mau!" tolak Amanda kesal.

Berbalik menatap netra Lelaki jangkung yang berada di atas motor besar berwarna biru kelasi, Amanda benar-benar menampilkan raut kecewa dan marah yang seharusnya dapat Candra pahami dengan baik.

PAPPER MINT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang