***
"Kalo gitu, lo bisa jadi pacar gue, nggak?"
Pertanyaan dengan nada yang cukup santai, akan tetapi berhasil membuat ketiganya terdiam untuk beberapa saat di tempat.
"Boleh," jawab Amanda singkat, dengan senyum sederhana seolah hal tersebut bukanlah sebuah masalah.
Gadis itu melanjutkan makannya, sama seperti Candra yang tidak menghiraukan apapun, seakan semuanya baik-baik saja.
"... Tapi kalo aku udah pacaran sama Candra," lanjut Amanda membuahkan kerutan kecil di alis Rifky.
"Tapi kalian nggak mungkin pacaran," sambung Rifky mengingatkan, sesuai apa yang dia ingat dari perkataan Candra.
"Mungkin," tukas Candra. "Kalo dia mau," lanjutnya dengan mulut penuh, menunjuk kilas mengenakan sendok di tangan.
Rifky melirik tipis, memperhatikan kekompakan keduanya. Sama-sama tidak memiliki ekspresi khusus, seolah bersekongkol untuk menyembunyikan sebuah rahasia besar antar keduanya.
"Kalo gitu, lo pacaran sama Candra, trus pacaran juga ama gue," saran Rifky bergurau ringan, membuat Amanda terkekah keki.
"Emang bisa, gitu?" terka Gadis cantik tersebut merasa heran.
"Bisa," jawab Candra santai, sebelum menelan hasil kunyahan. "Aku jadi yang pertama, dia yang kedua."
Jelas kedua Lelaki yang sama-sama berkaus hitam itu hanya menganggap obrolan ini sebagai candaan belaka. Namun, apakah Amanda Agnia akan sama berpikir demikian?
"Hum," Rifky mengangguk lirih. "Itung-itung buat gantiin hadiah balapan aku kemarin."
Amanda mengingat, jika di malam pertandingan balap liar itu, hadiah Rifky adalah dirinya. Lelaki itu jelas boleh tidur bersama Amanda dalam tawaran awal, akan tetapi Amanda menolak dengan kukuh.
"Oke, deh!" sahut Amanda kemudian.
Mendengar itu, Candra dan Rifky sama-sama mengangkat wajah mereka dari menghadap piring masing-masing, sedikit membelalakkan mata menatap dalam wajah Amanda yang begitu santai dan enjoy akan ide buruk tersebut.
"Candra yang pertama," Amanda menunjuk menggunakan sendok. "Kamu yang ke dua."
"Hah?" tanggap Candra dan Rifky bersamaan.
"Kok, hah?" terka Amanda melanjutkan makannya, tidak terlalu heran dengan sikap dan raut wajah keduanya. "Aku kan, ada utang budi sama kamu."
Saling bertukar tatap, Candra dan Rifky sama-sama tidak mengerti dengan jalan pikir Gadis cantik di hadapan. Entah ia begitu polos atau bodoh, yang jelas Amanda tidak memikirkan konsekuensi dari ide buruk tersebut?
Astaga... Padahal Candra Adrian dan Rifky Oktavia hanya berniat menggoda Gadis berkulit salju itu saja sebelumnya. Namun, mengapa segalanya malah menjadi semudah ini?
"Lagian nih, ya ... Aku masih SMA," ujar Amanda sembari mengunyah makanan. "Jadi, kalian harus ikuti cara pacaran anak SMA."
"Emang, cara pacaran anak SMA kayak gimana?" terka Candra bingung, lantaran ia juga sedang berstatus sebagai siswa SMA.
Sekalipun pernah berpacaran satu kali dengan terpaksa, Candra tidak pernah melakukan hal-hal aneh seperti apa yang ia lakukan terhadap Sahabatnya, Amanda. Bahkan, hanya untuk memegang tangan si Mantan gadisnya dulu saja, Candra begitu enggan dan merasa risih.
"Ya... Kayak di film-film," jawab Amanda setelah berpikir sesaat. "Nggak ngelakuin hal-hal aneh, diluar nalar."
Terdiam sesaat, Rifky dan Candra sama-sama menahan tawa mereka. Bertukar lirik dengan koneksi mata masing-masing, sepertinya mereka memiliki telepati yang kuat di bidang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPPER MINT
Teen FictionMengisahkan tentang seorang Gadis lima belas tahun, Amanda Nadhira yang mana di malam ulang tahun keenam belasnya harus terjebak dengan permainan Kakak kelas dan Sahabat baiknya, Candra Adrian. Mereka membuat sebuah pertaruhan, di mana Amanda dijadi...