***
"Ugh... Airnya dingin banget," ungkap Candra seraya berlari pelan keluar dari kamar mandi.
"Candra!" pekik Amanda menegur, tatkala melihat jejak air dari langkah kaki Candra yang enggan mengeringkan kaki terlebih dahulu. "Kebiasaan!"
Beranjak mengambil handuk bersih, Gadis itu lekas mengeringkan rambut serta tubuh Candra yang terekspos.
"Lap kaki dulu kalo abis dari kamar mandi...!" geram Amanda memperingati. "Jejak kaki kamu tuh, basah semua lantai."
Amanda memperlakukan Candra layaknya bayi besar. Begitu telaten dan dimanjakan.
"Dingin banget, Yang...!" keluh Candra seraya menunduk untuk mempermudah Gadis kesukaan membantu mengeringkan rambut serta tubuh menjulangnya.
"Siapa yang suruh kamu mandi pakek air dingin?" cerca Amanda setelah usai mengeringkan rambut Candra, beranjak untuk menjemur handuk.
"Aku kira nggak bakal sedingin ini," ulas Candra. "Peluk aku, dong."
"Pakek celana dulu sana," tolak Amanda ragu-ragu.
Beranjak menuju ruang tamu, Gadis itu kembali duduk di sofa, melanjutkan tontonan film yang sebelumnya ia pilih.
"Bentar doang...," bujuk Candra dengan suara bergetar kedinginan, seraya mengikuti langkah Gadisnya.
"Nanti handuk kamu kebuka, Candra!" cerca Amanda takut dan waspada.
"Bentar doang, Yang...," pinta Candra memohon, seraya mendekat ke depan Gadis kesayangannya tersebut.
"Ih, Candra!" Amanda mendorong dada bidang Candra yang hendak memeluknya.
Lelaki tersebut menahan diri dengan posisi merunduk di depan Amanda, dengan kedua tangan bertumpu pada sandaran sofa di belakang tubuh cintanya. Posisi yang begitu intim, seakan-akan mereka adalah pasutri yang sah-sah saja melakukan hal itu.
Sangat tidak patut dicontoh, Pemirsa_-
"Kamu nggak sayang aku?" terka Candra asyik mengerjai.
"Aku bukan pacar kamu, ya!" ancam Amanda mengingatkan.
"Tau," jawab Candra acuh. "Tapi kan, kamu Calon istri aku...."
Amanda terkekah mendengar pernyataan tersebut. Mencubit pelan perut ketat Candra, Amanda benar-benar tak habis pikir dengan sikap kekanak-kanakan Lelaki itu.
"Kamu nyebelin banget, sih?" dengus Amanda tak kuasa menahan tawa.
"Nyebelin begini juga, kamu sayang, kan?" goda Candra percaya diri, seraya mengecupi puncak kepala Amanda.
"Aku cubit keras perut kamu, nih?" ancam Amanda mengusir. "Ganti baju sana...!"
"Cium dulu, dong," pinta Candra memanja. "Tadi udah janji."
"Kamu bener-bener nyebelin banget, sumpah," Amanda meraih pipi Candra dengan kedua tangannya, kemudian mengecup hidung bangir Lelaki jangkung tersebut.
Cup!
"Pipinya?" Candra menyodorkan pipi kanannya.
Cup!
"Satunya?" kembali ia menyodorkan pipi kirinya.
Cup!
"Dahi?"
Cup!
"Bibir?"
"Kamu- mingkem, ya?" ancam Amanda mengacungkan tinju, yang lekas diangguki ringan oleh Candra.
Cup!
"Dah!" kata Amanda dengan senyum yang sama-sama mengembang di bibirnya, maupun di bibir Candra.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPPER MINT
Novela JuvenilMengisahkan tentang seorang Gadis lima belas tahun, Amanda Nadhira yang mana di malam ulang tahun keenam belasnya harus terjebak dengan permainan Kakak kelas dan Sahabat baiknya, Candra Adrian. Mereka membuat sebuah pertaruhan, di mana Amanda dijadi...