11. 주목

41 8 30
                                    

***

Hari yang cerah, dengan matahari kuning bersinar terang menyinari sebagian bumi. Induk burung berterbangan, lalu lalang mencari makan untuk para Anaknya di sangkar-sangkar.

Keributan yang terdengar samar, begitu akrab di telinga kita, apalagi bagi para Murid dan Pelajar yang terbiasa. Entah apa yang manusia-manusia itu bicarakan, sehingga membuat kumpulan suara yang tak dapat terdengar jelas antar satu sama lain.

"Candra...!" sapa Amanda melambai seru, bersemangat untuk memberikan Lelaki jangkung di sana sesuatu yang ia sembunyikan di balik punggung kecilnya.

"Kamu datang sama siapa, tadi pagi?" terka Candra lesu, duduk bersantai di kursi kelasnya.

"Sama Nasya," ungkap Amanda seraya duduk di bangku depan meja Candra.

"Abis kamu lama! Telat mulu!" ketus Amanda gemas.

"Sorry," ungkap Lelaki tersebut dengan mata sayup-sayup samar.

"Paket aku datang, Candra," ungkap Amanda membuka kotak biru pipih berbahan kain lembut, yang di pinggirnya terdapat semacam kawat elastis. "Ini aku pesen buat kamu."

Mengernyitkan kening, Candra yang sedari tadi memperhatikan sedikit bingung dengan benda aneh yang Gadisnya beli.

"Buat apa?"

Benda itu menjadi kotak, dengan tiga lubang di sisinya, juga satu sisi tanpa kain sama sekali.

"Kamu kan, suka tidur di kelas...," ungkap Amanda hapal betul akan kebiasaan buruk Kekasihnya. "Jadi, ini bisa buat bantalan."

"Hah?"

Penjelasan Amanda sedikit tidak masuk akal.

"Gini, loh, Candra!" Amanda mempraktekan, meletakkan kotak minimalis tersebut di atas meja, dengan kedua tangan yang ia masukkan ke masing-masing sisi kanan dan kiri, serta wajah diletakkan di sisi atas lubang yang terasa begitu empuk.

"Trus tidur...!" lanjut Gadis tersebut yang sedikit menggelitik perut Candra.

"Kamu ... Beliin aku alat buat tidur?" terka Candra tak habis pikir.

"Iya," Amanda menaikan kedua alisnya secara bersamaan, mengangguk ringan tanpa beban.

"Di sekolah?"

"Iya."

Sepertinya, Gadis pintar itu sedang kehilangan kendali otaknya.

"Ini ... Kira-kira bakal disita nggak, sama guru?" terka Candra dengan senyum penuh, terkekeh lirih seraya mengambil alih benda kotak tersebut.

"Ya- kamu pakenya jangan di jam kelas, dong, Candra...," keluh Amanda sedikit kesal.

Kapten basket itu mencoba cara yang dipraktikkan Sayangnya, mencoba menilai tingkat kegunaan alat tersebut.

"Ih, enak loh, Yang," ungkap Candra ketagihan.

"Kan...?" hidung bangir Amanda seakan bertambah panjang, mengetahui benda yang ia pilih sesuai ekspektasi.

"Ayang aku peka banget...," puji Candra merasa senang.

"Peka, lah," balas Amanda ketus. "Kamu kan, tukang molor di kelas."

"Nggak tiap hari, Yang," bujuk Candra mengelak.

"Tiap hari, Candra...," kukuh Amanda meyakinkan. "Enggak tuh, kalo hari sabtu aja."

"Ya ampun, kamu nggak percaya banget, sih?"

"Aku liat tiap hari...!"

"Enggak tiap hari, Cantik-ku... Sayangku."

PAPPER MINT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang