***
Semilir angin berhembus cukup kencang, dengan aroma asin yang begitu segar, berirama desiran ombak pantai yang berayun-ayun mengikuti arusnya. Suasana yang terkesan tenang, sekalipun ramai di sekitarnya.
Saat ini, seorang Gadis cantik berseragam putih abu-abu, tengah duduk bersantai di sebuah gazebo pinggir pantai, menikmati alam seraya menunggu kehadiran seseorang yang sedang memesan beberapa makan siang untuk keduanya.
"Nunggu lama?" sapa Rifky menyadarkan lamunan Amanda.
Berbalik dengan senyum tipis, Amanda bergeleng ringan sebagai balasan.
"Kita mau ke mana, sih?" tanya Amanda penasaran, setelah Rifky berhasil duduk di sampingnya.
"Gue sebenernya juga masih nggak tau, sih," balas Lelaki berkemeja putih dengan dasi hitam yang terkesan sedikit berantakan itu ambigu. "Gue nggak pernah kasi sesuatu yang spesial buat orang lain soalnya."
Mengangguk-angguk paham, Amanda sepertinya mengerti kondisi Rifky yang terlihat cukup baik. Sedikit tidak enakan, lantaran Gadis itu menjadi beban janji Rifky sekarang.
"Sebenarnya, aku kemarin cuma bercanda aja, sih," ungkap Amanda jujur. "Tapi nggak taunya kamu seriusin."
Melirik tipis Gadis cantik berkucir satu dengan poni tipis yang samar-samar menutupi sebagian dahinya, Rifky tersenyum manis untuk membalas pernyataan tersebut.
"Kamu udah kerja, ya?" terka Amanda melihat penampilan Rifky yang tidak mungkin tergolong mengenakan seragam sekolah.
"Iya," jawaban singkat yang ditutup dengan pandangan ke arah outfitnya sendiri.
"Wah...," takjub Amanda singkat, tak tahu harus bereaksi seperti apa. "Kamu umur berapa, sih?"
Mendapatkan pertanyaan receh seperti ini, Rifky terkekah lirih.
"Tebak, coba?"
"Um... Dua puluh?" terka Amanda menebak-nebak untuk beberapa saat. "Tapi kayak ketuaan banget nggak, sih?"
Rifky terkekeh keki, hingga memperlihatkan tataan gigi rapih nan putihnya. Padahal, sebelumnya ia adalah Lelaki dingin yang merasa begitu canggung di depan Amanda. Namun, belum beranjak sehari saja, Lelaki tersebut makin berani memperlihatkan sosok ramahnya.
"Tebak yang bener...," tegur Rifky dengan senyum manis mempesona.
"Udah, dua puluh aja. Muka kamu masih muda gitu," cerca Amanda yang benar-benar membuat Rifky semakin terbahak kuat.
"Ahaha...! Seriusan?" kekah Lelaki dengan panggilan Kiky itu, sungguh tidak menyangka.
"Iya...," balas Amanda gemas. "Emang berapa, sih?"
"Dua puluh dua, hiks!" jawab Rifky seraya menarik lendir hidung akibat terkekeh kuat yang sebenarnya tidak ada.
Pernyataan tersebut langsung membuat Amanda tercengang takjub, membuka bibir tipisnya dengan ekspresi terkejut, tanpa berkata apa-apa untuk beberapa saat.
"Seriusan?" tanggap Amanda tak habis pikir. "Sumpah demi apa?"
"Iya. Lihat aja sendiri," ujar Rifky memberikan kartu pengenal karyawan yang sebelumnya ia kantungi.
"Kamu kerja di bank provinsi?" terka Amanda salah fokus.
"Iya. Udah dari beberapa tahun lalu, sih," aku Rifky yang hanya diangguki ringan oleh Amanda.
"Foto kamu ganteng banget, gila," hanya sebuah pujian kecil, akan tetapi Amanda berhasil membuat Rifky tersipu malu, hingga perlahan terkekah kembali.
"Jangan fokus ke sana," tegur Rifky menahan tawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPPER MINT
Teen FictionMengisahkan tentang seorang Gadis lima belas tahun, Amanda Nadhira yang mana di malam ulang tahun keenam belasnya harus terjebak dengan permainan Kakak kelas dan Sahabat baiknya, Candra Adrian. Mereka membuat sebuah pertaruhan, di mana Amanda dijadi...