***
Jalan yang remang, membawa kita masuk dalam ingatan tentang kejadian sehari sebelum Zeandra Adriana merasa hancur berantakan.
Mobil hitam yang membawa Gadis jangkung berkulit kuning langsat itu terhenti di sebuah gang jalan, menurunkan Zeandra yang telah membayar ongkosnya. Sengaja ia memesan taksi online, lantaran sangat jarang taksi umum ada yang melewati kawasan tersebut.
"Makasih ya, Pak," ungkap Zeandra dengan sopan, meninggalkan mobil tersebut untuk mencari seseorang.
Dret...! Dret...!
Suara ponsel yang berdering di tangan Gadis bergaun hitam itu menyita perhatian, membuat wajah datarnya terlihat semakin tegang.
"Halo, Nat?" sahut Zeandra menjawab panggilan, seraya melirik ke sana-sini mencari keberadaan sesuatu.
"Halo?" sahut Natasya dari sebrang sana. Suaranya sedikit lebih berisik dari apa yang Zeandra kira, sehingga gadis kembar itu harus sedikit meninggikan suara. "Lo di mana, Ze?"
"Gue...?" Zeandra melihat ke sana-sini, memeriksa keberadaannya sendiri di tempat yang sedikit asing. "Gue udah di depan gang yang lo bilang tadi, nih."
"Oh... Oke, oke," sahut Natasya antusias. "Nasya lagi jemput lo ke depan, tuh. Tungguin bentar, ya?"
"Um, oke." Zeandra menutup panggilan, menyimpan ponselnya ke dalam tas kecil yang bergantung di salah satu pundak.
Tidak lama waktu berselang, seseorang keluar dari gang kecil yang dimaksud, sehingga sedikit membuat Zeandra terkejut.
"Hai, Ze?" sapa Nasya yang datang sesuai perkataan Natasya, kakak kembarnya.
"Dia masih di dalem?" tanya Zeandra dengan perasaan tidak enak, menelan ludah sendiri.
"Lo lihat sendiri, deh," anjur Nasya tak ingin banyak berasumsi.
Mengikuti langkah Nasya yang mengajaknya masuk, Zeandra sedikit berhati-hati melewati gang yang hanya seluas setengah meter tersebut. Aroma lembab yang sangat tidak nyaman menyentuh pernapasan, membuat Zeandra melirik sinis ke area sekitar.
"Gue baru tau, kalo ada bar yang tersembunyi kek gini," ungkap Zeandra keheranan.
Terkekeh lirih, Nasya bergeleng ringan sembari melirik Rekan yang mengikuti di belakang.
"Bar kayak gini banyak kali, di Jakarta," ungkap Nasya membeberkan fakta. "Biasanya dipakek buat penjualan cewek, minuman keras, ama narkoba."
Mendengarnya, Zeandra semakin merinding untuk beranjak masuk ke dalam. Ada pertanyaan besar dalam benaknya. Apa benar, pilihan Zeandra datang ke sana?
"Ayo?" tegur Nasya menyadarkan lamunan Zeandra.
Melangkah secara perlahan memasuki area bar atau diskotik, secara perlahan suara musik semakin terdengar jelas, sehingga Gadis itu merasa semakin terganggu dengan suara-suara bising dari dentuman musik disko yang berdendang kuat di sana. Apalagi, dengan lampu-lampu gemerlap yang menyakiti mata.
Sekalipun Zeandra suka merokok dan melakukan kenakalan remaja lainnya, Gadis itu tidak pernah menginjakkan kaki ke area diskotik, mengingat jika Candra dan Amanda, sahabat serta kakak kembarnya tidak pernah mengajaknya ke tempat-tempat seperti itu.
"Hai, Ze?" sambut Natasya dengan senyum manis, mengajak Zeandra untuk bergabung bersama kumpulannya.
"Dia di mana?" tanya Zeandra langsung pada intinya.
Melirik tipis ke suatu arah, Zeandra tahu jika temannya tengah menunjukkan sesuatu kepadanya. Dengan perasaan begitu ragu dan berdebar, Zeandra perlahan memalingkan tubuhnya, hendak melihat sosok misterius yang begitu ia cari.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPPER MINT
Teen FictionMengisahkan tentang seorang Gadis lima belas tahun, Amanda Nadhira yang mana di malam ulang tahun keenam belasnya harus terjebak dengan permainan Kakak kelas dan Sahabat baiknya, Candra Adrian. Mereka membuat sebuah pertaruhan, di mana Amanda dijadi...