20.싸움

21 6 0
                                    

***

"Woho...!"

"Kosong Empat!! Kosong Empat! Kosong Empat!"

Sorak-sorai meriah dari banyaknya penonton yang mendukung Candra sekaligus datang dari undangan si Bajingan tersebut, memecah memenuhi seluruh ruang remang berdiameter persegi panjang yang terkesan cukup luas nan memadai.

Sinar lampu paling terang berapa di tengah, tepat di atas ring utama yang akan menampilkan sosok Candra sebagai idola sekaligus petarung mereka.

Berjalan mendekati ring, orang-orang lekas membukakan jalan bagi sang Pemeran utama mereka, dan juga kita. Bersama Jeff yang mengikuti, Pria dengan ukuran tubuh lebih besar dari Candra memberikan instruksi yang sekiranya dapat membantu.

"Inget, dia bukan lawan sembarangan buat lo," ucap Jeff terakhir kali sebelum Candra mengangguk paham dan menaiki ring.

"Woh...!"

Kembali terdengar, jerit-jeritan lantang dari para kaum Hawa maupun Adam yang tentu sudah jelas mengidolakan siapa.

"Akh...! Kosong Empat...!" pekik histeris para Pendukung memanggil Candra dengan nama panggungnya.

Kosong Empat ... Mengapa harus Kosong Empat? Karena Candra berada di posisi tersebut.

Melihat Lawan bertubuh lebih besar dari Pelatihnya, Candra tidak menunjukkan sedikitpun rasa takut ataupun gemetar. Baginya, uang dan nafsu membunuh lebih berharga dari apapun untuk sekarang. Halangan dan rintangan seperti ini, terlihat semacam kerikil kecil di matanya.

Bug! Bug! Bug!

Memukul-mukulkan sarung tinjunya sendiri, Korda yang harus sedikit menunduk untuk melihat sosok Candra, tersenyum puas seraya mendekat.

"Lu mau bunuh diri, huh?" terka Korda meledek Candra yang terlihat tenang dan diam-diam saja.

"Enggak," jawabnya singkat.

"Trus, ngapain nantangin Kosong Satu...?" cerca Korda mengungkap nama panggungnya sendiri.

Benar. Dalam angkringan tersebut, Korda adalah orang yang paling banyak menghabisi lawan, sehingga disebut sebagai si Kosong Satu. Kekuatan dan cara bertarungnya sangat mengesankan. Bahkan, Korda pernah mematahkan tulang leher seseorang hingga membuat lawannya mati di tempat seketika hanya dengan satu pukulan saja.

Sedangkan posisi Candra hanyalah si Kosong Empat, yang berarti masih ada dua orang hebat lagi di atasnya setelah si Kosong Satu. Sungguh sangat ironis.

Namun, mengapa begitu banyak penggemar yang berteriak dan memanggil-manggil namanya dengan brutal?

Itu sudah jelas karena mereka memang penggemar Candra yang sengaja ia undang secara online seperti yang di jelaskan di akhir bab sebelumnya.

"Denger," bisik Korda hendak mengintimidasi. "Gua bisa remukin badan lu, lebih parah dari cowok tadi pagi."

Mendengar kata-kata tersebut, Candra lekas terbahak kuat seakan-akan segalanya begitu lucu.

"Ahahah...! Ahahah...!"

Mendengar tawa renyah Candra yang tidak pernah terdengar, sebagian besar penonton langsung terdiam dengan penasaran penuh.

"Gua nggak peduli, Anjing!" umpat Candra ikut mengintimidasi balik. "Gua malah berterima kasih, karena lo udah ngelakuin hal yang seharusnya gua lakuin dengan baik."

Ralat, "Ya... Lumayan baik, lah," lanjut Candra menimang-nimang.

Mendengar itu, Korda kehilangan senyumnya seketika.

PAPPER MINT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang