6.사회적 존재

41 7 12
                                    

***

Manusia adalah makhluk sosial yang sangat memuakkan. Mereka bersosialisasi, berbuat baik, dan selalu melakukan hal-hal konyol hanya karena insting kemanusiaan. Lalu, apakah orang-orang jahat di dunia ini tidak dapat disebut sebagai manusia?

Padahal, bukankah mereka serupa meski tak sama?

"Lo kenapa, sih?" tanya Zeandra penasaran, bertanya pada Gadis cantik yang tengah duduk di ranjang empuk kamar penhouse-nya.

"Menurut kamu?" balas Amanda sedikit ketus, merasa kesal dengan apa yang Sahabatnya ceritakan barusan.

"Lo marah karena gue ngelakuin itu sama Alex?" terka Zeandra terkekah lirih, seraya ikut duduk di samping Amanda.

"Kalo Candra tau, Alex bakal habis digebukin, Ze!" sergah Amanda masuk akal. "Lagian, kalian tuh, masih tujuh belas tahun."

Bruk!

Zeandra membuang tubuh lelahnya ke kasur.

"Lo ama Candra juga ngelakuin hal yang sama, kan?" tuding Zeandra yang sedikit membuat Amanda naik darah.

"Nggak pernah!" bantah Amanda tegas. "Abang kamu nggak pernah ngelakuin hal-hal aneh kayak gitu."

Menghela nafas lelah seraya memutar bola matanya, Zeandra kembali bangkit setelah Amanda beranjak menjauh.

"Itu karena lo nggak mau. Coba aja, kalo lo ngizinin?" pikir Zeandra berargumen.

"Oh... Jadi kamu ngizinin Alex untuk ngelakuin hal-hal mesum ke kamu?" bidik Amanda tak habis pikir.

"Gue udah gede, Nda," sentak Zeandra tak ingin kalah, ikut bangkit berdiri menyamai tinggi Amanda. "Gue juga punya gairah."

"Semua orang punya gairah, Zea!" sergah Amanda kesal. "... Tapi nggak semua orang harus ngelakuin hal nggak senonoh, apalagi anak di bawah umur kayak kita."

Zeandra terdiam mendengar Amanda yang menekan kalimatnya, merasa sedikit kesal dengan sikap Amanda akhir-akhir ini.

"Kamu nggak mikir, gimana kalo sampek kamu hamil di luar nikah?" terka Amanda menakut-nakuti.

"Alex pakek kondom. Nggak mungkin," tegas Zeandra kukuh.

"Kamu gila, ya?" Amanda benar-benar kehilangan kendali dengan otaknya sendiri. Kata-kata Zeandra yang terakhir membuat Gadis berkaus putih itu memekik keras, terkejut dengan perkataan Sahabat baiknya sendiri.

Menghela nafas malas, Zeandra mencoba meraih tangan Amanda sekalipun awalnya ditepis.

"Astaga... Udahlah, Nda. Jangan bikin persahabatan kita runyem cuma gara-gara ini," Zeandra membujuk. "Lo tuh, udah kayak Adek gue sendiri."

Kembali menepis tangan Zeandra yang berhasil memegangnya sejenak, perasaan Amanda kacau bersama pikiran runyamnya.

"Justru karena kita udah kayak kakak-adek, aku takut kamu kenapa-napa, Ze...," ulas Amanda ingin dimengerti.

"Iya, gue tau...," Zeandra meraih kedua tangan Amanda dengan lembut, memperlakukan Gadis itu seperti seharusnya. "Gue cuma butuh lo percaya ama gue."

Amanda terdiam, tak ingin menatap netra Zeandra yang berharap penuh sama sekali.

"Aku percaya sama kamu," ujar Amanda menekankan, sekalipun dengan nada suara yang hampir bergetar. "Tapi kenapa harus sama Alex, sih?"

"Ya, lo maunya gue sama siapa?" kekah Zeandra tak habis pikir. "Cuma Al yang sayang ama gue, tanpa ngelirik elo sama sekali."

Zeandra mengingat semua mantannya yang hampir selalu menggoda Amanda. Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang hanya memanfaatkan kedekatan Zeandra dengan Gadis polos itu.

PAPPER MINT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang