23.결정

17 5 2
                                    

***

"Shut... Diem, Cantik."

Mata Gadis berhoodie putih dengan lapisan jaket hitam itu melebar, seketika berbalik dengan tatapan terkejut.

"Kak Al?" kejut Amanda penuh haru.

Melihat sosok familiar yang masih setengah memeluk lehernya itu tersenyum, Amanda tak kuasa menahan tangis seraya berbalik seutuhnya memeluk erat tubuh Kakak kandungnya, Aldiano Agan.

"Ahaha...," kekah lirih Aldiano seraya memeluk balik tubuh gemetar sang Adik, melepas kerinduan yang begitu besar ia pendam selama ini.

"Hiks! Kak Al kapan pulangnya...?" lirih Amanda sedikit kesal, lantaran sang Kakak begitu mengejutkan dirinya.

"Barusan juga," jawab Aldiano mengusap jejak air mata di pipi Adik kesayangan. "Ngomong-ngomong, kamu nggak pernah isi pulsa lampu apa gimana, sih?"

Mendengar omelan sang kakak, Amanda hanya membalas dengan tawa renyah.

"Hihi, terakhir kali ngisi token listrik sebulan lalu, sih," jawab Amanda tidak salah ingat.

"Astaga...," lenguh sang Kakak seraya mengambil ponsel Adiknya yang terjatuh di lantai. "Pantes gelap-gelapan."

...

Ruang terang bernuansa putih, menjadi tempat bertukar cakap seraya menikmati makan malam kedua Kakak-beradik di sana. Telah berganti pakaian dengan pakaian rumahan, Aldiano dan Amanda sama-sama mengenakan kaus putih oblong dengan celana pendek hitam yang terbilang senada.

"Kak Al libur?" terka Amanda basa-basi.

Sedari tadi, mereka tidak sempat berbincang banyak, lantaran Amanda harus beberes dan menyiapkan makan malam untuk keduanya, sedang Aldiano sendiri harus bebersih diri dan kamar lantaran baru datang hari ini.

"Ngeliburin diri," jawab Aldiano acuh, seraya mengangkat satu alisnya naik.

Keduanya terlihat begitu mirip sekalipun tidak saling mengetahui akan fakta tersebut. Hal yang lumrah.

"Dih— Aku laporin mama tau rasa kamu," ancam Amanda bergurau.

"Ya abisnya, kamu nggak ada angin nggak ada ujan, tiba-tiba minta pindah sekolah," cetus Aldiano mengoreksi.

Mendengar sendirian sang Kakak, Amanda hanya mampu terkekeh lirih.

"Kamu ada masalah apa, sih?" tanya Aldiano mengoreksi.

Terdiam sejenak, Amanda ragu-ragu untuk menjawab.

"Nggak ada apa-apa," bohong Amanda menutupi. "Cuma kangen aja, tinggal bareng mama papa."

Melihat senyum sendu Amanda, Aldiano berpaling melihat ke arah lain. Sejenak, keduanya terkurung dalam kesunyian ruang, terkunci dalam keramaian pikiran masing-masing.

"Kakak nggak setuju kamu pindah sekarang," ujar Aldiano tiba-tiba.

"Kenapa?" Amanda tidak menunjukkan ekspresi kecewa atau khusus lainnya. Gadis itu hanya menatap datar, seolah mengerti dengan maksud terselubung sang Kakak. "Kak Al nggak mau ada saingan?"

Menatap keki, Aldiano melahap kembali makanan lezat di hadapan.

"Iya," jawab Aldiano tidak mengelak.

Amanda jelas tahu jika itu bukan alasan utamanya. Namun, mengapa sang Kakak harus merahasiakan itu?

"Ngomong-ngomong, kamu bertengkar sama siapa lagi?"

DEG!

Pertanyaan sederhana itu seketika membuat Amanda merasa marah. Entah mengapa, ia begitu kesal jika ada seseorang yang hendak mencampuri urusan pribadinya.

PAPPER MINT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang