19.복잡한

25 6 0
                                    

***

"Dimas?" panggil Rifky tatkala melihat sosok familiar yang jelas saja ia kenali dengan baik.

Berbalik ke arah suara, dua orang di sana yang tak lain adalah Dimas dan Rangga terlihat memucat tatkala mendapati sosok Gadis berkulit putih yang ikut bersama keduanya.

"Ale mana, Dim?" sergah Zeandra tak kuasa menahan panik.

"Tenang dulu, Ze," tahan Rangga ikut gelisah, melirik halus ke arah dua Gadis dengan tatapan yang tak serupa, akan tetapi hampir memiliki makna yang sama.

"Dokter lagi nanganin Alex di dalem, kita banyak-banyak berdoa aja." Dimas menghela nafas gusar, memperbaiki gagang kacamata yang bertengger di hidungnya.

"Kok bisa, sih...? Hiks!" isak Zeandra merasa lunglai, jatuh ke lantai keramik putih di bawah mereka. "Haaahhaa...!"

"Ze?" Rifky ikut bimbang dalam keadaan ini. Melirik dua rekannya, Rifky jelas mengerti apa yang sudah terjadi.

Bruk!

Amanda menjatuhkan tubuhnya di atas kursi tunggu, duduk dengan tatapan kosong, menatap nanar sosok Sahabatnya yang terisak pilu di hadapan.

Entah mengapa, rasanya Amanda seperti sudah mengetahui segalanya dengan baik. Namun, apakah ia benar-benar harus berprasangka demikian?

"Yang-"

"Candra mana?" potong Amanda dari panggilan cemas Rifky, dengan nada datar, menyembunyikan seluruh emosi dan ekspresi.

Mendapatkan pertanyaan seperti ini saja, pita suara Dimas dan Rangga seakan-akan tercekat seketika.

"Ini nggak ada sangkut pautnya sama Candra, Sayang." Rifky menjulurkan tangannya, hendak menyentuh Amanda yang duduk.

"Diem," cegat Amanda yang membuat Rifky menahan pergerakan.

Terdiam sejenak, Dimas menelan ludah sendiri sebelum menjawab dengan ragu-ragu, "Gua nggak tau Candra di mana."

"Jangan bohong!" sentak Amanda naik pitam.

Menenangkan sosok Gadis yang biasanya terlihat lembut itu, Rifky membujuk Amanda untuk tenang dan duduk kembali.

"Bukan Candra yang bikin Alex kritis kayak gini, Nda!" sentak Rangga membela rekannya yang entah berada di mana.

"Kamu pikir kita bakal percaya?" timpal Zeandra ikut meluapkan amarahnya.

"Alex ikut tanding di angkringan, Ze!"

DEG!

Mendengar ucapan Dimas barusan, mata kedua Gadis sebaya itu melebar dengan pupil mengecil. Rasanya, wajah mereka pucat seketika.

"... Alex butuh duit, dan dia nggak punya cara cepat selain ini." Dimas terlihat begitu geram dengan kedua Gadis yang asal menuduh rekannya.

"Dia lawan siapa?" tanya Rifky penasaran.

"Korda," jawab Rangga seadanya.

"Gila...!" Rifky mendesis frustasi, menyeka wajah sekaligus rambutnya kebelakang.

"Trus, tadi gimana keadaannya Ale, Dim?" Zeandra sudah hendak menangis tatkala mendengar nama Korda, yang kita ketahui sebagai lawan ring Alex.

Bergeleng ringan, Dimas enggan menjelaskan secara detail. "Gue nggak tau lagi, Ze."

"Uhuk- uhuuuhuuu...!"

Grep!

Memeluk tubuh lemah Zeandra, Amanda mencoba menenangkan si Gadis tanpa ingin banyak berucap kata.

PAPPER MINT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang