***
Suasana saat ini sedikit lebih canggung dari sebelumnya. Amanda yang memilih untuk diam mengikuti Rifky, tidak tahu harus bereaksi apa setelah Lelaki itu memperjelas kesalahpahaman yang terjadi di antara keduanya.
Beberapa saat sebelumnya, tepat saat Amanda selesai mengobati luka Rifky, juga mengenakan perban di lengan Lelaki tampan berambut legam tersebut, berinisiatif untuk memulai obrolan sesuai umurnya.
"Ngomong-ngomong, lo sering ngelakuin ini?" terka Rifky yang cukup membuat Amanda tersenyum tipis.
"Enggak juga," jawab Amanda seraya membereskan perlengkapan P3Knya. "Tapi aku petugas kesehatan di sekolah."
Sepertinya, Amanda tidak mengerti arah tujuan obrolan yang Rifky maksud.
"Bukan soal ngobatin luka," sela Rifky meluruskan, seraya berbalik menghadap Gadis cantik berkulit putih di sana.
Menatap wajah datar Rifky yang sedikit kaku, Amanda memasang tatapan penuh tanya, dengan senyum menipis yang terlihat memudar kerena bingung.
"... Tapi soal perjanjian balap liar yang tadi," ujar Rifky yang membuat Amanda terpaku beberapa saat di tempat.
Pikiran Gadis itu seolah kosong secara tiba-tiba, sehingga membuatnya seperti ikan koi kering yang terkejut melihat hantu. Berkedip beberapa kali, Amanda menelan ludah sendiri untuk menetralkan perasaan yang tiba-tiba saja kacau.
"Ma- maksud kamu," Amanda menahan kata-katanya sejenak, berpikir apakah tebakannya kali ini benar. "... Soal kamu boleh tidur sama aku?" Amanda bertanya penuh kehati-hatian.
Mengangguk-angguk lirih, Rifky membenarkan apa yang Amanda katakan barusan. Wajah datar dan tak berekspresi itu terlihat tenang, sekalipun tengah menahan gemuruh badai di dalamnya.
Amanda terkejut dengan mata melebar, juga bibir yang berbentuk huruf O sekalipun tidak sempurna. Menutup mulutnya dengan telapak tangan, Gadis itu benar-benar tak habis pikir, jika ia tidaklah lepas dari malapetaka, akan tetapi malah dengan tangan terbuka menjerat petakanya sendiri.
"Lo ngajak gue mampir buat itu, kan?" terka Rifky masih memastikan keadaan. "Ini ... Pengalaman pertama gue, sih."
Mendengar pengakuan dari Lelaki asing di hadapan, nyali Amanda yang semula baik-baik saja menciut seketika.
"Aku kira kamu temannya Candra," ucap Amanda habis pikir.
"Bukan teman, sih. Cuma kenalan doang," aku Rifky apa adanya.
"Ta- tapi sama aja!" sentak Amanda sedikit ketakutan. "Candra nggak mungkin nyerahin aku ke orang lain!"
Berpikir sejenak, Rifky sepertinya mengerti adanya titik kesalahpahaman di antara mereka.
"Candra cuma nyuruh gue menangin balapan, trus nyelametin elo," kata Rifky mengakui. "Tapi lo sendiri yang ngajak gue mampir, kan?"
"Tapi aku ngajak kamu mampir bukan untuk ngelakuin hal-hal mesum kayak gitu...!" kecam Amanda kesal.
"Lo bilang, bokap-nyokap lo lagi nggak di rumah," copas Rifky mengingatkan.
"Ya kan, kamu nanya...!" kesal Amanda membela diri.
Terdiam sejenak, Rifky memikirkan kejadian barusan sebelum akhirnya terkekah sendirian.
"Ahaha ... Hahaha!"
Melihat tingkah aneh Lelaki tampan di sampingnya, Amanda semakin merasa terancam.
"Kamu ngapain ketawa?" terka Amanda masih mewaspadai kehadiran Rifky. Pasalnya, hanya ia seorang di rumah besar itu, sebelum Candra dan Zeandra datang nantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPPER MINT
Fiksi RemajaMengisahkan tentang seorang Gadis lima belas tahun, Amanda Nadhira yang mana di malam ulang tahun keenam belasnya harus terjebak dengan permainan Kakak kelas dan Sahabat baiknya, Candra Adrian. Mereka membuat sebuah pertaruhan, di mana Amanda dijadi...