33.플래시백

26 4 1
                                    

***

Dap! Dap! Dap!

Suara pertemuan alas kaki dan lantai keramik putih, bertubrukan dengan suara roda ranjang rumah sakit yang didorong oleh beberapa orang perawat juga sanak saudara yang mengantar.

"Mohon tunggu di luar!" titah seorang Perawat mewekasi, menahan langkah Amanda, Candra, Zeandra, dan juga Rifky di sana.

Beberapa saat sebelumnya, Amanda yang panik dengan kondisi sang Kakak, lekas menghubungi Zeandra dan juga Rifky agar membantu. Alasan mengapa mereka dapat berkumpul bersama menunggu hasil.

Mata Amanda dan Zeandra sama-sama kosong, dengan wajah pucat dan nafas berat yang terasa semakin mencekat.

Bruk!

Zeandra terduduk di kursi tunggu, menitihkan air mata yang entah mengapa tidak dapat ditahannya sama sekali. Ada apa dengan rumah sakit?

Mengapa ia terus-menerus menarik satu-persatu dari mereka masuk ke dalamnya?

"Haa...!" Amanda menarik nafas dalam-dalam, mencoba untuk menenangkan diri terlebih dahulu. Namun—

Grep!

Sebuah pelukan hangat yang mendekap tubuh lemahnya dari belakang lekas membuat Gadis itu jatuh ke dan bersandar, kemudian menangis sejadi-jadinya.

"Aaakkhh... Haaa...!"

Terduduk di lantai keramik dingin yang terasa kasar akibat kotor, Amanda memeluk lengan kokoh yang tengah memeluknya hangat.

"Hiks! Ndra...," lirih Amanda memanggil nama Candra. "Hiks! Candra aku harus gimana...?"

Mendengar aduan Amanda, Candra mengeratkan peluknya, menghujani kepala dan pelepis Gadis tersebut dengan kecup-kecupan ringan.

"Tenang, Sayang. Tenang," bujuk Candra melupakan masalah yang terjadi di antara mereka. "Kita doakan Bang Aldi baik-baik aja, oke?"

"Haahaaa... Candra...! Hiks!" Berbalik meminta dipeluk secara utuh, Amanda tidak lagi memikirkan hukum yang telah mereka ingkari.

Grep!

Pelukan hangat inilah yang Gadis itu rindukan berhari-hari. Aroma khas dari keringat dan tubuh Candra, degup jantung dan lebarnya dada, ditambah rangkulan tangan yang selalu menguasai punggung kecilnya. Pelukan hangat yang hanya Candra pemiliknya.

Begitu juga dengan sosok Lelaki yang saat ini ikut menangis tanpa tahu apa alasannya. Ia memeluk dengan erat, memeluk tanpa ingin melepaskan sama sekali. Rasanya begitu takut, apabila Candra melepaskan tubuh Gadis itu, ia akan segera pergi tanpa dapat diminta kembali.

Sosok Gadis yang membuatnya jatuh terlalu dalam ke dalam rasa nyaman, sekaligus sakit yang bersamaan. Gadis pemilik aroma yang sangat ia sukai, dengan kehangatan tubuh yang begitu ia ingini. Hanya Amanda, Gadis yang benar-benar menggiurkan di hati Candra.

Sayangnya, kesedihan mereka terlalu meraja sehingga lupa akan sekitarnya.

Sosok jangkung berjaket hitam, masih berdiri menatap keadaan, melihat Gadis kesayangannya memeluk dan dipeluk orang lain dengan hati terbuka. Bahkan, untuk melihat wajah Amanda saja Rifky tidak mampu, lantaran Candra menyembunyikan sosok Amanda terlalu baik dari dirinya.

Andai saja dari dulu seperti itu, mungkin Rifky tidak akan menjadi terlalu terobsesi dengan Gadis di pelukan Karibnya tersebut. Namun, mengapa Candra begitu ceroboh?

***

Jarum jam menunjukkan pukul 02.15 dini hari, saat Zeandra dengan perasaan berat harus kembali ke kamar inap Alex menggantikan Rifky yang sebelumnya mengajukan diri sebagai pengganti Zeandra.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 17, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PAPPER MINT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang