Beberapa hari setelah rapat, Sofia berhasil menemukan gedung yang cocok untuk perusahaan ini. Ia segera melaporkan temuannya kepada William dengan penuh antusiasme.
"Will, gue udah nemu gedung dengan harga sewa lebih murah dari perkiraan kita, yaitu 8 miliar per tahun dengan 35 lantai," kata Sofia dengan nada penuh semangat.
William menjawab, "boleh saya liat dulu gak sof?"
"Ini foto-fotonya, Will."
Sofia memberikan Handphone-nya yang berisi foto dari Gedung tersebut.
"Kalau lo tertarik, gue hubungi ownernya dan kita langsung survei kesana. Tapi, kalau lo gak tertarik nanti gue cari lagi," sambung Sofia.
"Bagus nih, Sof. Coba didiskusikan sama kepala divisi yang lain dulu, ya. Kalo dari gue, setuju. Misalnya mereka pada setuju juga, nanti kasih tau gue ya, Sof,"
"Oke, Will, gue gelar rapat antar kepala divisi yaa," kata Sofia.
"Oke, Sof. Maaf ya, gue nggak bisa ikut rapat, lagi nyari informasi seputar perkembangan teknologi sama perkembangan HAREC. Nanti hasilnya tolong sampaikan ke gue ya, Sof," kata William.
"Siap, Will. Gue akan pastikan semua detail dari rapat disampaikan ke lo nanti," jawab Sofia dengan yakin.
Sofia pun keluar dari kantor William dan segera menghubungi semua kepala divisi, meminta mereka untuk berkumpul di ruang rapat. Dengan cepat, ia menelepon satu per satu kepala divisi, memastikan semua orang dapat hadir dalam pertemuan penting ini.
Setelah semua kepala divisi setuju untuk berkumpul, Sofia menuju ruang rapat dan mulai mempersiapkan presentasinya. Ia menyiapkan dokumen-dokumen terkait gedung baru yang ditemukan, termasuk foto, peta lokasi, dan rincian biaya.
Tak lama kemudian, para kepala divisi mulai berdatangan. Sofia menyambut mereka dengan senyuman dan langsung memulai presentasinya begitu semua sudah hadir.
"Oke, gue mengumpulkan kalian di sini karena gue sudah menemukan gedung yang bagus untuk kita gunakan sebagai kantor. William meminta gue untuk mendengar pendapat kalian, apakah kalian setuju atau tidak," ungkap Sofia.
"Bisa liat gedungnya, Sof?" tanya Mela.
"Bisa, bentar saya nyalakan infocus nya dulu," jawab Sofia.
Sofia pun menyalakan infocus dan menyambungkannya ke laptop dia untuk melihat foto gedung yang ia temukan.
Sofia pun menyalakan proyektor dan menyambungkannya ke laptopnya untuk menampilkan foto-foto gedung yang ia temukan.
"Ini dia gedungnya," kata Sofia sambil menunjukkan gambar pertama. "Gue jelasin sedikit, Gedung ini memiliki 35 lantai dengan harga sewa 8 miliar per tahun, yang lebih murah dari perkiraan kita. Lokasinya strategis, dekat dengan berbagai fasilitas umum, dan sudah dilengkapi dengan fasilitas modern yang kita butuhkan."
Para kepala divisi memperhatikan dengan seksama saat Sofia menjelaskan lebih lanjut. Ia menunjukkan peta lokasi, interior gedung, dan rincian fasilitas yang disediakan.
"Gue sudah melakukan pengecekan mendetail mengenai kondisi gedung dan semua terlihat sangat baik. Gedung ini juga memiliki ruang yang cukup untuk tim kita di masa depan," lanjut Sofia.
Setelah menjelaskan sedikit tentang gedung tersebut, Sofia memberikan kesempatan kepada yang lain untuk bertanya. "Ada yang ingin bertanya?"
Suasana hening sejenak, hanya terdengar suara AC berdesis di ruangan. Seluruh mata terfokuskan kepada layar infocus.
"Oke, ada yang mau ditanyakan atau tidak setuju?" Sofia Kembali bertanya.
Mereka semua terdiam sejenak, tetapi setuju dengan langkah untuk menjadikan gedung tersebut sebagai kantor baru perusahaan. Ekspresi setuju terpancar dari tatapan mereka yang serius, memberikan Sofia yakinan bahwa keputusan ini akan didukung sepenuhnya oleh tim. Untuk memastikan bahwa seluruh tim setuju, Sofia memecah keheningan tersebut dengan bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar cita cita
Teen FictionIni kisah tentang seorang anak SMK yang ingin mengejar cita-cita nya sebagai programmer dan CEO sekaligus founder di Perusahaan yang ia bikin.