Kembali ke kamar William, hari ini adalah hari persidangan. Waktu saat ini menunjukan pukul tujuh pagi, dan sidang akan dimulai pukul sembilan pagi. Jantung William berdetak sangat kencang. Dia tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya.
William menghela napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. William berdiri di depan cermin, menatap pantulan dirinya. Dia mengenakan setelan jas yang rapi, terlihat profesional dan siap. Namun, di balik penampilannya yang tenang, hatinya penuh dengan kegelisahan.
William berbicara pada dirinya sendiri, "Kamu bisa melakukan ini. Fokus pada fakta dan bukti yang kamu punya. Jangan biarkan mereka menggoyahkanmu."
Dia berjalan ke meja kerjanya, memeriksa sekali lagi semua dokumen yang telah ia siapkan. Bukti-bukti, laporan, dan argumen yang telah ia susun dengan cermat tersebar di atas meja. William memeriksa setiap detail, memastikan tidak ada yang terlewat.
Setelah yakin semua sudah siap, William mengambil tas kerjanya dan bersiap untuk pergi. Sebelum meninggalkan kamar, dia mengirim pesan singkat kepada Sofia.
"Sofia, gue sekarang mau berangkat ke sidang. Bilang ke seluruh anggota HAREC saya minta doa-nya ya."
Tidak lama kemudian, dia menerima balasan dari Sofia.
"Semangat, Will. Kita di sini selalu dukung lo. Lakukan yang terbaik," balas Sofia.
Di lobi, sebuah mobil sudah menunggunya untuk mengantar ke gedung pengadilan. Perjalanan terasa singkat, namun penuh dengan berbagai pikiran dan kekhawatiran.
Sesampainya di gedung pengadilan, William disambut oleh suasana yang tegang dan serius. Dia melihat sekeliling, menyadari betapa besar taruhannya dalam persidangan ini. Dengan langkah pasti, dia menuju ruang sidang, siap untuk menghadapi tantangan besar yang ada di depannya.
Saat pintu ruang sidang terbuka, William mengambil napas dalam-dalam dan melangkah masuk. Dia tahu bahwa setiap kata dan tindakan yang dia lakukan di sini akan sangat berpengaruh. Dengan tekad yang kuat, dia memasuki ruang sidang, siap untuk memperjuangkan HAREC.
Saat William memasuki ruang sidang, suasana tegang terasa. Dia melihat anggota komite duduk di depan, menatapnya dengan serius. Ketua komite, seorang pria paruh baya dengan rambut abu-abu dan tatapan tajam, mengetuk palu kecil di depannya.
"Sidang ini resmi dimulai," kata Ketua Komite dengan suara tegas. "Kami di sini untuk mendengarkan kasus kebocoran data yang melibatkan perusahaan HAREC, dan khususnya CEO-nya, William."
William mengangguk dan mengambil tempatnya di kursi saksi, mencoba menjaga wajahnya tetap tenang meskipun jantungnya berdegup kencang.
"William, Anda diundang ke sini untuk memberikan penjelasan terkait insiden kebocoran data yang terjadi di perusahaan Anda," lanjut Ketua Komite. "Kami berharap Anda bisa memberikan kesaksian yang jujur dan menyeluruh mengenai apa yang terjadi."
"Terima kasih, Ketua Komite," jawab William dengan suara yang mantap. "Saya menghargai kesempatan ini untuk menjelaskan situasi di HAREC dan upaya yang telah kami lakukan untuk menyelidiki insiden ini."
Ketua Komite menatap William dengan tajam. "Baiklah, William. Kami akan mendengarkan penjelasan Anda terlebih dahulu. Silakan mulai dari awal, jelaskan bagaimana kebocoran data ini bisa terjadi."
William menarik napas dalam-dalam sebelum mulai berbicara. "Insiden ini pertama kali terdeteksi oleh tim cyber security kami beberapa minggu yang lalu. Kami menemukan adanya aktivitas mencurigakan di sistem kami yang menunjukkan bahwa data telah diakses secara tidak sah."
Seorang anggota komite mengangkat tangan, meminta izin untuk berbicara. "Maaf, William, bisa Anda jelaskan lebih rinci tentang bagaimana aktivitas mencurigakan ini terdeteksi? Apakah ada tanda-tanda peringatan sebelumnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar cita cita
Novela JuvenilIni kisah tentang seorang anak SMK yang ingin mengejar cita-cita nya sebagai programmer dan CEO sekaligus founder di Perusahaan yang ia bikin.