Hari-hari sulit telah usai, sekarang waktunya untuk fokus kembali. Ketika William tengah duduk di kantornya, Laila masuk untuk memberi tahu sesuatu.
"Will."
"Ada apa, Lai?"
"Ini laporan user bulan ini," lanjut Laila. "Menurut laporan ini, setelah konflik kemarin HAREC mengalami penurunan user sebanyak 35%. Ini secara gak langsung menyuruh kita mencari cara untuk bisa mengembalikan kepercayaan user.
"Wah... 30% itu banyak banget ya, Lai. Hmm... kayaknya kita harus segera mengambil tindakan. Tapi tindakan apa yang harus kita ambil ya, Lai?"
"Kalo menurut gue sih, kita bisa memanfaatkan syarat yang dikasi oleh ketua komite internasional kemaren, yaitu mencari investor. Cari investor yang Namanya sudah besar ataub terkenal. Setelah itu, kita harus memberitahu kepada publik kalau kita bekerjasama dengan investor tersebut. Menurut gue, itu cara yang sangat ampuh, Will."
"Bener juga ya, Lai, kita bisa memanfaatkan nama besar dari investor tersebut untuk mengembalikan kepercayaan user. Tapi, gimana cara mencari investor yang mempunyai nama besar? Jujur gue gak tau sama sekali tentang gimana cara mencari investor."
"Waktu itu gue pernah baca, kalau saham itu bisa diperjualbelikan oleh pemilik saham. Saham HAREC kan sepenuhnya dipegang sama lo, jadi lo bisa menjualnya kepada investor. Untuk mencari investor, lo harus-" Tiba-tiba handphone William berdering. "Angkat dulu aja, Will, takutnya penting."
"Oke, gua angkat dulu ya."
William mengangkat telepon. "Assalamu'alaikum, ini siapa ya?"
"Wa'alaikumussalam, saya Erik Thir."
William terkejut, karena Erik Thir merupakan investor yang sangat terkenal.
"Iya, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" tanya William.
"Saya dengar anda sedang mencari investor untuk berinvestasi di HAREC, apa benar?" tanya Erik Thir.
"Benar, Pak. Sesuai syarat yang diberikan oleh ketua komite internasional, yaitu mencari investor."
Erik Thir terdiam sejenak sebelum melanjutkan, "Baik, saya tertarik untuk mendiskusikan lebih lanjut tentang investasi ini. Bagaimana kalau kita bertemu besok di kantor saya?"
William merasa lega dan bersemangat. "Tentu, Pak Erik. Besok saya akan ke kantor Anda. Terima kasih banyak atas kesempatannya."
"Baik, sampai bertemu besok," jawab Erik Thir sebelum menutup telepon.
William meletakkan telepon dan menoleh ke Laila dengan senyum lebar. "Lai, ini kabar baik! Erik Thir tertarik untuk bertemu dan mendiskusikan investasi."
Laila tampak terkejut dan senang. "Wah, luar biasa, Will! Ini kesempatan besar. Kalau Erik Thir mau berinvestasi, itu bisa membawa nama besar dan kepercayaan yang kita butuhkan."
"Kamu benar, Lai. Sekarang kita harus mempersiapkan segala sesuatu untuk pertemuan besok. Kita perlu menyusun presentasi yang meyakinkan dan menunjukkan potensi besar HAREC."
Laila mengangguk setuju. "Saya akan membantu menyiapkan presentasinya. Kita harus menampilkan data yang solid dan strategi pemulihan yang jelas."
Hari itu dihabiskan William dan Laila dengan bekerja keras menyusun presentasi yang komprehensif. Mereka menyusun data tentang pertumbuhan platform, potensi pasar, serta rencana untuk memulihkan kepercayaan pengguna dan menarik lebih banyak investor.
Keesokan harinya, William berangkat lebih awal ke kantor Erik Thir. Ia merasa sedikit gugup, tapi optimis dengan persiapan yang telah mereka lakukan. Saat tiba di kantor Erik, ia disambut oleh asisten pribadi Erik dan diantar ke ruang pertemuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar cita cita
Roman pour AdolescentsIni kisah tentang seorang anak SMK yang ingin mengejar cita-cita nya sebagai programmer dan CEO sekaligus founder di Perusahaan yang ia bikin.