Beberapa bulan kemudian, inovasi ide William akhirnya selesai diwujudkan. Seluruh anggota HAREC sangat gembira karena mereka yakin bahwa inovasi ini akan sangat berguna di masa depan. Ini adalah sebuah inovasi baru yang belum pernah ada sebelumnya, dan HAREC pun diprediksi akan segera memonopoli pasar media sosial kelak. William segera mengadakan rapat besar dengan seluruh tim untuk membahas Langkah selanjutnya.
"Akhirnya, kita sebentar lagi menuju puncak," ucap William.
"Iya, Will. Inovasi ini pasti akan booming di seluruh dunia setelah dirilis, karena platform kita saat ini sudah mencapai pasar dunia," ucap Sofia.
"Iya, Will, gue udah mempersiapkan bahan untuk promosikan inovasi ini," kata Laila.
"Iya, Alhamdulillah. Btw, kapan dirilis, Will, ini inovasi?" tanya Mela.
"Nah, ini yang akan kita bahas pada rapat kali ini. Menurut kalian, kira kira kapan bisa nya?" tanya balik William
"Mungkin paling lambat 1 sampai 2 minggu lagi, Will. Soalnya kita harus tes uji coba terlebih dahulu," kata Faris.
"Oke lah kalo begitu, Terimakasih atas kerja kerasnya semuanya," ucap William.
"Sama sama, Will," ucap seluruh orang di ruang rapat.
Setelah rapat selesai, seluruh anggota tim kembali ke ruangannya masing-masing, kecuali William. Ia memutuskan untuk jalan-jalan sebentar karena sudah lama tidak melakukannya. Saat berjalan, William memutuskan untuk pergi ke perpustakaan kota untuk membaca buku. Tanpa pikir panjang, ia segera menuju ke sana.
Sesampainya di perpustakaan, William langsung menuju rak buku yang berisi koleksi tentang pengembangan diri. Perhatiannya tertuju pada sebuah buku berjudul "Filosofi Teras" karya Henry Manampiring. Dengan rasa ingin tahu yang besar, ia mengambil buku tersebut dan langsung menuju ke meja baca.
Namun, ketika hampir sampai di meja tersebut, William terkejut melihat Aisyah sedang membaca di sana. Kebingungan melanda dirinya; ia merasa belum siap untuk bertemu dengan Aisyah sebelum mencapai kesuksesan yang lebih tinggi atau yang mereka sebut 'atas'. Dalam sekejap, William memutuskan untuk menghindari pertemuan tersebut. Ia berbalik arah dan menuju ke meja penjaga perpustakaan untuk meminjam buku itu, berniat membacanya di kantor saja.
Ketika sampai di tempat parkir, William menerima telepon dari Faris. Ia mengeluarkan handphone-nya dan menjawab panggilan tersebut.
"Assalamualaikum, Will gawat!!" ucap Faris dengan nada panik.
"Waalaikumussalam, ada apa, Ris? gawat kenapa?" tanya William
"Ada perusahaan yang berusaha meniru ide lo ,Will."
"Hah? kan belum kita rilis ke public, kok mereka bisa tau?"
"Kurang tau, Will. Kayaknya mereka tahu dari salah satu anggota kita. Perlu diselidiki, kah?"
"Enggak usah, masalahnya bisa tambah besar. Kalau mau diselidiki, nanti saja. Sekarang mending kita fokus pada pengembangan inovasi terbaru kita agar lebih baik dari punya mereka, jauh lebih baik maksud gue," jawab William.
"Gue denger sih, yang meniru inovasi kita adalah perusahaan yang baru mulai,"
"Tau nama perusahaannya, gak?"
"Dreams.corp, Will. Mereka baru mulai 6 bulan yang lalu"
"InsyaAllah, inovasi kita meskipun ditiru gak akan berpengaruh kepada kita, asalkan kita cepat merilisnya. Kita harus lebih cepat dari mereka, karena jika kita lebih dulu, kita tidak akan dianggap sebagai penjiplak," jelas William.
"Sepertinya inovasi ini bisa kita rilis dalam 5 hari ke depan, asal kita menyewa tester, Will,"
"Kira-kira, berapa harganya kalau menyewa jasa tester?" tanya William.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar cita cita
Roman pour AdolescentsIni kisah tentang seorang anak SMK yang ingin mengejar cita-cita nya sebagai programmer dan CEO sekaligus founder di Perusahaan yang ia bikin.