Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-
-
-
🦢🦢🦢
Suasana sarapan pagi ini sangat mencekam. Hawa tak mengenakkan datang dari Sofia dan Gerry. Berkali-kali Kana menghela nafas kecil nya hingga membuat Stefan menoleh pada anak itu. Makanan di piring nya belum sepenuhnya habis, tapi sepertinya Kana sudah tak nyaman.
"Selesaikan sarapan kalian, ada yang harus ku bicarakan!" Stefan berkata tegas. Pria itu menggendong tubuh kecil Kana pergi dari ruang makan. Sejak tadi Chander mati-matian menahan tangannya aga tidak lancang mencubit pipi bulat anak kecil tadi.
"Aduh pokoknya harus bucin sama gue, emang si Esta doang yang bisa pamer adek"
Sementara tiga putra Stefan lainnya hanya diam tak bersuara, mereka sudah pasti tau siapa anak tadi melihat bagimana perlakuan ayah mereka pada anak itu terlebih wajah nya benar-benar mengcopy habis Stefan.
"Lihatlah Papa kalian berani sekali membawa anak haram itu kemari" Sofia berkata dengan marah. Wajahnya menatap sedih keempat putra kandung nya.
"Mama harap kalian bisa memposisikan anak itu biar sadar diri dengan status nya yang sebatas anak haram!" ucap Sofia sebelum bangkit dari kursi nya membantu Gerry bersiap-siap sekolah.
"Bang, kenapa Mama beda? Dia udah ga sayang kita ya? Kemarin aja mama marah sama aku, Mamah lebih percaya sama anak pungut itu ketimba—
"Siapa yang kau sebut anak pungut Chander Orlando!" belum selesai Chander berkata sudah dipotong oleh Jasson Orlando—kakak keduanya.
Chander terkejut tapi dengan cepat merubah mimik wajah nya "Siapa lagi kalau bukan Gerry! Kenapa sih bang lebih sayang sama dia ketimbang aku adik abang!" wajah pemuda itu memerah menahan marah. Selama ini dia selalu diam saat Mamah, Jasson lebih berpihak pada si Gerry.
Beda dengan abang sulung nya—Raphael Orlando, dan abang ketiga nya—Yuki Orlando, yang memang bersifat cuek dan acuh pada sekitarnya. Keduanya memang tak memihak Chander, tapi dengan sikap diam mereka saat dirinya di jadikan sasaran kemarahan mama nya membuat Chander sangat marah. Bersyukurlah Stefan terkadang membela nya walaupun hanya meredakan marah mama nya sebentar, besok juga bakalan diungkit lagi.
"Bela teros adek lo tuh! Babik emang!" dengan kesal Chander berlalu menuju ruang keluarga dimana Papa dan anak kecil itu sudah menunggu.
"Siapa?" baru saja Chander mendudukkan bokong nya di sofa, ucapan Raphael membuat dirinya ikut diam kaku.
Stefan mengelus bahu anak kecil itu yang terlihat tegang, "Anak papa, adik kalian dari Bunda Ayu" ungkap Stefan dengan tegas. Bahkan pria itu menyematkan kata 'Bunda' untuk ibu dari putra bungsu nya. Pria itu merasa bersalah dengan kondisi mendiang Ayu yang harus merasakan kekejaman keluarga nya. Mau bagaimanapun Ayu tetaplah ibu Kana yang sebenarnya.