Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
_
_
_
So ini part terakhir flashback kejadian 2022 setahun lalu ya alasan Kana makin di benci. Next part bakalan kembali ke jalur asli tahun 2023
🦢🦢🦢
Siang hari nya Kana asyik berdiam diri di kamar milik nya, Stefanus baru saja Kembali ke kantor setelah makan siang. Pria itu sengaja pulang untuk menemui Kana, dan memastikan keadaan putra nya baik-baik saja.
Kini anak kecil berusia tiga tahun itu asyik membuka-buka buku cerita bergambar yang menarik perhatiannya. Bahkan posisi nya sudah selojoran dengn mata yang fokus pada gambar helai demi helai halaman buku itu.
"Adek?" panggilan seseorang membuat Kana menoleh, disana di depan pintu kamar nya berdiri Sofia dengan sebotol susu untuk Kana.
"Nenek!" dengan berlari riang Kana menghampiri nenek nya. Wanita itu tersenyum manis
"Lucu nya cucu nenek, adek minum susu nya ya" ujar nya menyerahkan botol susu yang langsung diterima Kana cepat.
Sofia menggiring Kana ke atas tempat tidur cucu nya, kedua nya merebahkan badan disana.
"Adek harus kuat ya, Papa sama abang Chander sayang adek" tiba-tiba saja Sofia berkata demikian.
Entah mengapa perasaan Wanita itu sejak pagi sangat gelisah, dia merasa tidak akan bisa lagi melindungi cucu nya. Tangan nya yang mulai keriput itu memeluk tubuh Kana erat, dia sangat ingin melihat cucu nya bahagia, dia pastikan semua itu akan terjadi sebentar lagi.
"Adek bobok ya, nenek kelonin adek"
Sintia bersenandung pelan melantunkan nyanyian merdu sebagai penghantar lagu tidur. Mata Kana mulai sayu, anak itu sudah sangat mengantuk tapi bibirnya masih semangat menyedot botol susu nya.
Plopp
Hingga nipple silicon itu lepas dari bibir Kana, susu nya sudah habis kini digantikan dengan sebuah pacifier khusus yang dibeli Stefan kemarin.
"Lucu nya cucu nenek, selamat tidur adek" Sintia melabuhka satu kecupan pada dahi Kana dan membenarkan selimut nya, kemudian Wanita itu keluar dengan pelan dari kamar cucu nya menuju lantai satu untuk membuat cemilan sore nanti untuk Kana.
Sepanjang lorong kamar Sintia merasa aneh, Wanita itu tak melihat keberadaan menantu dan anak nya itu. Bahkan suami nya juga mendadak hilang seperti di telan bumi, "Kemana mereka semua?" gumam nya pelan.
Dirumah besar itu ada lift, tapi entah kenapa Sintia ingin menggunakan tangga. Begitu sampai pada undakan di tengah tiba-tiba saja kaki nya terpeleset dan seketika tubuh ringkih nya menglinding jatuh ke bawah, darah mengenangi sekitar tempat jatuh nya.
