13. Nasihat

7 1 0
                                    

Selamat membaca~
• 🌵🌵🌵 •

Srett

Biru mematikan mesin motornya saat sampai didepan rumah megah bercat putih biru itu, laki-laki itu pun membawa langkahnya untuk masuk ke dalam dengan wajah yang tak hentinya tersenyum bahagia.

Sesekali laki-laki itu mengusap wajahnya yang terus tersenyum girang, lalu langkahnya sampai di ruang tamu yang dimana ada sosok laki-laki dewasa berkepala 4 tengah meminum secangkir kopi hangat dan sebuah majalah berada ditangannya.

Mata yang semula fokus membaca kini beralih pandang melihat objek didepannya yang tersenyum lebar tak seperti biasanya. Laki-laki berkepala 4 itu mengangkat satu alisnya sambil menatap putranya heran.

Biru yang ditatap sang ayah pun gelagapan, lalu menggaruk tengkuknya gatal sambil mengeluarkan cengiran khasnya.

"Tidak bakal kering gigi mu, Kara?" Tanya Keaning Sagara - Ayah kandung Biru.

"Ck, apaan sih Yah. Gigi siapa juga yang bakal kering" Biru berdecak kesal menatap sang Ayah yang menatapnya datar.

"Kamu lah, siapa lagi. Kenapa kamu? Di gombalin cewe? Lemah" Kata Ayah Biru meremehkan sang anak dengan ekspresi yang sama, datar tapi dengan tatapan yang menyebalkan bagi Biru.

"Dih, siapa yang lemah. Biru kuat gini" Balas Biru tak mau kalah.

"Halah, sini coba panco sama Ayah" Tantang sang Ayah membuat Biru menahan geramnya. Diam-diam sang Ayah tersenyum tipis berhasil menggoda putranya itu.

"Males, Biru mau mandi" Tolak Biru yang langsung melangkah menaiki tangga menuju kamarnya dilantai 2.

Sang Ayah hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan senyuman tipis yang masih terpatri diwajahnya "dasar anak itu."

.

.

.

Ceklek

"Eh, bentar" Ucapnya tiba-tiba saat mengingat sesuatu. "Gue mau mandi? Anjir! Ga ga, jangan mandi deh" Ucapnya pada diri sendiri.

"Tapi badan gue lengket semua anjir"

"Oh, gue gabakal keramas. Iya jangan keramas! Oke ide bagus!" Ucapnya mengangguk anggukan kepala setuju dengan ide yang muncul di otaknya.

Setelah beberapa menit membersihkan badan tanpa keramas, Biru pergi kearah balkon kamarnya.

Laki-laki itu duduk tenang kursi balkonnya sambil menghirup udara malam yang menenangkan.

Senyuman yang sedari tadi tak pernah pudar dari wajah tampannya, memori otaknya terus memutar adegan yang membuat telinga serta wajahnya kembali memerah.

"Shit! Bisa gila gue kalo gini terus."

Tiba-tiba Biru mengangkat pandangannya kearah langit, lebih tepatnya kearah bintang yang terus bersinar terang.

Biru menatap bintang tersebut dalam diam bersamaan dengan memori yang berputar memperlihatkan kedekatan dirinya dan Seanna beberapa waktu terakhir.

END?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang