22. Part dua

27 1 0
                                    


"Sejak kehadiran Bintang gue lumayan ngerasa hidup dan cukup bahagia, walaupun kenyataannya Ayah tetep keras dan selalu main tangan ke gue kalo nilai gue dibawah angka 9. Keluarga gue, Ayah dan bahkan Bunda gue sama aja haus kesempurnaan, gue yang harus selalu punya wajah cantik, otak yang cerdas, nilai yang tinggi, semuanya gue dituntut untuk jadi sempurna."

"Tahun bertahun, gue selalu kemana mana bareng Bintang. Dia selalu ngehibur gue dengan tingkah konyolnya,"

~

"Tau ga sih lu, gue kan biasa manggil lu mbek si kambing, " ucap Bintang yang tiba-tiba bercerita di tepi danau bersama Seanna yang duduk disampingnya.

Seanna menoleh lalu mengangkat sebelah alisnya, "nah terus ada tuh kakak kelas lagi ngobrol sama temen-temennya. Karena gue adik kelas yang baik jadi gue berinisiatif lewat dengan sopan ya kan depan kakak kelas" lanjut Bintang bercerita.

"Terus terus?" ucap gadis disampingnya penasaran.

"Kan gue mau lewat, sedikit bungkuk lah ya badan gue, terus tiba-tiba nih mulut ngomonganya gini 'misi mbek' asli dah gue ga sengaja ngomong gitu anjir!"

Mendengar cerita lucu tersebut, seketika Seanna menyemburkan tawanya membuat Bintang mendengus.

"Ketawain aja terus, jahat lu"

"Tertawa diatas penderitaan orang lain" Ucap Bintang sedikit kesal, tetapi laki-laki itu cukup senang bisa menghibur gadis disampingnya itu.

"Lagian lo juga kenapa bisa-bisanya keceplosan gitu" Ucap Seanna yang telah menyudahi tawanya dan geleng-geleng kepala mengingat cerita laki-laki disampingnya.

Bintang hanya menggaruk alisnya sambil menyengir, "kangen gue ya lo? Jujur aja kali, gue emang ngangenin sampe lo kesebut sebut gitu" Seanna berujar dengan tingkat kepedean yang tinggi membuat Bintang tertawa geli.

"Ge-er lu"

~

"Dia selalu tau kapan gue ngerasa stress dirumah gara-gara tekanan, dan dia selalu ada disamping gue"

"Mbek, ayo keluar sama gue. Gue nemu tempat yang seru yang harus kita datengin!" Ujar laki-laki didepan gadis yang sedang membaca buku.

Gadis itu mendongak, "males ah, tugas gue banyak. Lo aja sana" laki-laki didepannya tidak menyerah, ia hanya menghela nafas kasar.

"Berdasarkan rumus fisika tekanan berbanding terbalik dengan luas permukaan,"

"Artinya, semakin kecil luas permukaannya, maka tekanannya akan semakin besar. Jadi kalo lu mendep di rumah terus terusan atau di tempat yang lingkupnya kecil lu bakal semakin stress karena tekanan dari tugas-tugas lu." Ucap laki-laki itu menasehati.

"Besok libur, tugasnya kerjain besok. Hari ini ayo jalan-jalan sama gue, gue juga punya tebak-tebakan lu gabakal bisa jawab."

"Dan lu juga bakal aman, ayah lu gabakal marah. Percaya sama gue" Ucap Bintang meyakinkan Seanna. Gadis itu tersenyum, lalu membereskan buku-bukunya dan berlalu pergi bersama Bintang---sang obat.

~

"Dia yang selalu ngajarin dan ngasih tau gue tentang hal yang pernah dia dapet dan temuin,"

"Mbekk, gue nemu satu fakta" Ucap laki-laki yang tiba-tiba muncul dan duduk disamping gadis yang tengah mendengarkan musik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

END?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang