18. Maaf

7 0 0
                                    

Selamat membaca~



ɴᴏᴡ ᴘʟᴀʏɪɴɢ
Trauma - Elsya
00:36 ──•──────── 03:38
⇆ ◁ ❚❚ ▷ ↻

. . . 🌵🌵🌵 . . .

Dengan deru nafas yang tak beraturan, gadis itu berlari dengan tergesa hingga menyita banyak perhatian dari orang-orang sekitar yang ia lalui.

Tak mementingkan hal itu, ia lebih fokus pada tujuannya sekarang. Yakni, menemui kekasihnya.

Gadis itu Fira Ariani, penampilannya kini tidak bisa dibilang baik-baik saja, justru sebaliknya. Keringat yang bercucuran, beberapa uraian rambutnya yang menempel di wajah, dan hidungnya yang merah menahan tangis yang ingin pecah.

Larinya kian cepat, hingga berhenti disuatu tempat. Matanya membidik tepat di salah satu kursi taman kampus, disana kekasihnya duduk dengan kepala menunduk.

Langkahnya memelan, perlahan tapi pasti hingga ia sampai tepat dibelakang seorang laki-laki yang menunduk dengan suara isakan kecil keluar dari bibirnya.

Hatinya mencelos mendengar isakan kecil tersebut, tak sadar air mata gadis itu pun ikut keluar. Dengan cepat, ia menghapus kasar air matanya yang mengalir di pipi.

"Naka.." Panggilnya pada laki-laki itu, refleks laki-laki itu mengangkat kepalanya dengan tangannya yang ikut menghapus air mata di pipi.

Naka mencari asal suara yang ia kenali itu, hingga dirinya berdiri dan memutar badannya. Matanya bertatap dengan mata Fira yang memandangnya sendu.

"Naka, itu ga bener.. tolong dengerin aku" ucap Fira dengan nada bergetar, air matanya tak berhenti mengalir.

Naka hanya diam seribu bahasa, lidahnya kelu. Hatinya ikut hancur melihat gadis kesayangannya menangis sesenggukan seperti itu, tapi laki-laki itu memilih diam tanpa mengeluarkan sepatah kata sambil memandang Fira.

"Naka, maaf. Maaf Naka, maaf aku udah bikin kamu kecewa, tapi itu semua ga bener, tolong percaya sama aku" Ucap Fira dengan air matanya yang terus turun seolah menggambarkan betapa sakit hatinya melihat Naka yang hanya diam.

"Naka, please."

Naka tetap bungkam, tak lama ia mengangguk dan membuang nafas kasarnya.

"Sini," ucap laki-laki itu dengan tangan yang ia rentangkan menyambut pelukan hangat yang ia rindukan.

Fira mendongak menatap mata kekasihnya, lengkungan indah di wajahnya seketika muncul sempurna ditengah sisa air mata yang sedari tadi turun.

Dengan cepat gadis itu berhambur mendekap erat kekasihnya, gadis itu menangis menuangkan segala pedihnya hati.

Naka pun sama, laki-laki itu memeluk erat gadis didepannya juga mengecup lama pucuk kepala Fira.

"Maaf sayang, maafin Naka." ucap Naka pada Fira yang sesenggukan dalam dekapannya.

Gadis itu mengangguk dengan mulutnya yang tak bisa mengeluarkan suara akibat tangisan yang terus keluar.

"Maaf aku kebawa emosi, ga seharusnya aku ninggalin kamu di kantin kaya tadi. Maaf sayang, Naka bener-bener minta maaf sama Fira" Lagi-lagi Naka meminta maaf menyesali perbuatannya.

Pelukan itu sedikit merenggang, kedua sepasang kekasih itu saling menatap lalu tersenyum.

"Iya, Fira juga minta maaf. Naka jangan kaya gitu lagi ya?" ucap Fira setelah menghapus air mata di pipinya. Naka tersenyum mengangguk, lalu laki-laki mencium kening Fira.

Fira pun ikut tersenyum, hatinya cukup lega dengan perlakuan manis Naka padanya.

"Jadi, kita baikan kan?" tanya Fira pada Naka yang tertawa kecil mendengar ucapan gadis itu.

"Iya sayang, baikan" Balas laki-laki itu.

.

.

.

Sedari tadi Biru menonton aksi 'baikan' kedua insan itu, laki-laki itu berdiri meneduh disebuah pohon besar tak jauh dari Naka dan Fira berada.

Laki-laki itu berdecih sinis melihat perlakuan Naka pada Fira yang membuatnya muak.

"Naka anj- awhh!" Laki-laki itu meringis sebelum menyelesaikan umpatannya yang terhalang rasa sakit disamping bibirnya yang memar.

"Anjir, tonjokan Naka kuat juga" Ucapnya pada diri sendiri sambil menahan ringisan.

Sebelum Fira datang menemui Naka, Biru sudah dulu berbicara pada Naka guna meluruskan kesalahpahaman itu. Naka yang masih terselubung emosi tanpa sadar meninju wajah Biru hingga memar dibagian samping bibirnya.

Beruntung kedua laki-laki itu saling mendengarkan, dan berujung Naka yang menyendiri merenungi kesalahan dan penyesalannya setelah mendengar penjelasan Biru.

"Halah, tadi aja sok galau gara-gara cewenya dikata selingkuh. Dasar bucin!" ucap kesal Biru melihat tingkah bucin Naka di sebrang sana.

Seseorang dibelakangnya hanya menggelengkan kepala sambil melipat tangannya di depan dada mendengar segala ocehan laki-laki didepannya itu.

Saat Biru hendak berbalik, dirinya terkejut hingga mundur beberapa langkah dengan tangan yang refleks mengelus dada.

"Anjir, Se! Gue kira siapa" ucap Biru yang mengelus dadanya meredakan detak jantung yang tak beraturan akibat terkejut.

Seanna mengangkat satu alisnya sambil menatap Biru dengan posisi yang masih sama, "lebay!" Balas gadis itu.

Biru mendelik tak terima, ingin menyanggah tapi ia urungkan niat tersebut.

"Ngapain lo disini, Se?" tanya Biru pada Seanna.

"Nonton." Balas gadis itu lempeng. Biru menghirup nafasnya dalam, lalu mengeluarkannya perlahan guna menyabarkan dirinya.

"Ya Allah, Se" Biru merasa prustasi, sedangkan Seanna hanya mengangkat bahu nya tak peduli.

"Ada hubungan apa lo sama Devina?" 5anya Seanna yang kini nampak mulai serius dengan kata-katanya.

"Sepupu" Balas Biru yang kini duduk di salah satu kursi taman di dekatnya. Seanna pun ikut duduk disampingnya.

Lalu laki-laki itu menceritakan segala hal yang bersangkutan dengan sosok Devina hingga pembullyan di masa SMP, perubahannya yang drastis dan perasaan Devina pada Biru pun ia ceritakan pada Seanna.

Seanna mendengarkan dengan tenang, gadis itu menyenderkan punggungnya pada kursi yang ia duduki.

"Ohh, gitu. Salah paham berarti" balas Seanna setelah mendengar segala cerita yang keluar dari mulut Biru walaupun itu tak ada pentingnya menurut gadis itu.

Biru menatap tak percaya, benar kata orang-orang jangan berharap pada manusia. Seperti Biru yang berharap Seanna cemburu saat ia menceritakan tentang Devina yang menyukai dirinya.

"Se, lo ga cemburu?" tanya Biru nyaris berbisik, tetapi telinga Seanna cukup tajam.

"Ngapain? Haha. Lo berharap gue cemburu?" ucap Seanna terkekeh kecil menatap Biru yang terdiam.

"Thanks infonya, luka lo obatin. Gue duluan" pamit Seanna pada Biru yang terdiam ditempat setelah mendengar pengakuan Seanna.

Gadis itu beranjak pergi berlalu, meninggalkan Biru yang terdiam dengan segala pemikirannya.

"Anjir!"

"Nyuruh obatin sendiri, padahal gue maunya diobatin sama lo, Se" Gerutu laki-laki itu sambil beranjak mengejar gadis dengan rambut terurai itu.




to be continued

25 Juni 2023

END?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang