4

102 60 101
                                    

"Tangkap bola yang gue oper."

Dewa menendang bola dengan pelan kearah Kila agar gadis itu mudah menangkap bola tendangannya.

Gadis itu mengangguk bersiap menangkap bola sesuai perintah Dewa.

Hap.... Berhasil!

Bukan hanya Dewa yang melongo, hampir semua siswa-siswi yang berada di lapangan dibuat melongo bahkan ada yang sudah tertawa karena perbuatan Kila.

Kila mendekati Dewa, menyerahkan bola yang berhasil ia tangkap menggunkan tangannya. "Ini kak bolanya."

"Lo pikir lagi main voli?" Dewa berdecak, mengambil bola yang ada di tangan Kila dengan kasar.

Kila menggaruk tengkuknya. "Kan kata kak Dewa tadi suruh tangkap."

"Maksud gue pakai kaki bukan pakai tangan!" Geram Dewa.

"Kak Dewa tadi nggak bilang." Gadis itu menundukkan kepalanya sambil memilin jari-jarinya.

Tarik nafas, buang. Tarik nafas, buang. Hanya itu yang bisa di lakukan Dewa sekarang. Jujur saja ia bukan tipe orang penyabar apalagi mengadapi gadis polos seperti Kila.

"Aduh Kil sebego-bego nya gue ternyata masih bego-an lo." Bella meledakkan tawanya.

"Lo kayak nggak pernah nonton bola aja Kil." Nisa ikut tertawa.

"Kak Dewa yang sabar ya! Kila pasti bisa kok!" Manda yang sedang berlatih di ujung lapangan berteriak.

Kila mencibir. Bisa bisanya teman temanya malah tertawa. Dasar teman laknat!

"Bego!" Manda melototkan matanya mendengar lontaran kata dari pasangan mainnya.

"Lo ngatain gue bego?!" Manda yang tidak terimapun langsung menjambak rambut pasangan mainnya.

"Aww, lepasin!" Teriak Rafael.

"Nggak akan! Lo ngeselin! ngeselin! ngeseliiiinn!" Manda semakin menjadi menarik rambut Rafael sampai ada yang rontok.

"Lepasin rambut gue! Cewek setan!" Rafael berusaha melepas tangan Manda yang masih menarik rambutnya.

"LO YANG SETAN!" Teriak Manda menggebu-gebu.

Bugh...

Manda tertawa saat berhasil menendang perut Rafael. "Rasain lo!" Cewek itu memeletkan lidahnya di depan Rafael yang meringis kesakitan memegangi perutnya.

"LO!" Rafael berdecak, sungguh tendangan Manda tidak main-main. "Latihan sendiri." Lanjutnya yang langsung pergi dari lapangan.

"Parah lo Man. Kak Rafael sampai marah gitu." Ucap Bella.

"Bodoamat! Siapa suruh ngeselin." Kata Manda.

"Lo udah keterlaluan Man, kalau sampai kak Rafael kenapa-napa gimana?" Tanya Nisa.

"Nggak perduli." Jawab Manda.

"Manda, kamu susul kak Rafael deh mukanya tadi kayak nahan sakit gitu."  Kali ini Kila yang bicara.

"Ck. Iya-iya ini mau gue susul." Meski menggerutu Manda tetap berlari mengejar Rafael.

"Kak Dewa, itu kak Rafael nggak apa-apa?" Tanya Kila.

Cowok itu mengedikkan bahunya. "Main lagi nggak?" Dewa menaikkan alis sebelah.

"Tapi kak Dewa jangan marah kalau nanti Kila nggak bisa." Kata Kila.

"Tergantung."

"Kok tergantung?" Kila bertanya dengan bahu yang sudah merosot ke bawah.

"Kalau nggak mau gue marah, lo harus bisa." Jawab Dewa. "Sekarang lo tendang bolanya kearah gue." Cowok itu menyerahkan bola pada Kila.

AQILA DEWANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang