"Makasih kak udah nganterin Kila pulang." Ucap Kila setelah turun dari motor Dewa.
Tadi saat Karel ingin mengantar Kila pulang tiba-tiba saja Dewa mencegah, katanya biar Dewa saja yang mengantar kebetulan jalanya juga searah. Awalnya Kila menolak tapi malah kakaknya mendukung, jadilah akhirnya ia ikut dengan kakak kelasnya itu karena tidak ada pilihan lain.
Dewa membalasnya dengan deheman. "Gue balik." ucap Dewa kembali memasang helmnya yang sempat di lepas.
Kila mengangguk lantas tersenyum. "Kak Dewa hati-hati di jalan, jangan ngebut." peringat Kila.
Dari balik helmnya Dewa tersenyum mendapat perhatian dari Kila. Cowok itu mengklakson motornya sebelum pergi dari pekarangan rumah Kila.
Setelah kepergian Dewa, Kila segera memasuki rumah sederhananya. Rumah yang sudah ia tempati selama enam belas tahun. Rumah yang menciptakan banyak kenangan di dalamnya bersama Karel dan kedua orangtuanya.
Tapi sekarang hanya tersisa Kila dan Karel di dalamnya, semenjak kedua orangtuanya pergi rumah itu terasa sepi dan sunyi. Apalagi Karel sering pulang larut malam membuat Kila selalu sendiri di rumah.
Kila rindu momen di mana keluarganya masih utuh, setiap pulang sekolah selalu di sambut senyum hangat ibunya. Kila juga masih sangat ingat setiap ayahnya gajian pasti Kila dan Karel selalu mendapat hadiah. Meski hadiah yang di berikan ayahnya tidak mewah tapi sangat berharga.
Mengingat momen itu membuat dadanya sesak, Kila sangat merindukan momen itu.
Kila masih sangat bersyukur saat ini masih memiliki kakak seperti Karel yang selalu sayang dan perhatian kepadanya. Bagi Kila Karel adalah segalanya, Karel adalah bahagianya. Kila tidak tahu apa yang akan terjadi jika suatu saat Karel juga ikut pergi meninggalkan.
Kila segera merebahkan tubuhnya di kasur, sepertinya ia butuh istirahat sebentar untuk menangkan pikirannya. Sebelum mengerjakan pekerjaan rumah seperti biasa, jika otak fres otomatis badan juga ikutan fres.
°°°
Tok tok tok!
Suara ketukan pintu dari luar membuat Kila yang sedang melipat sajadahnya segera pergi membuka pintu. Sepertinya Kila tahu, itu pasti ketiga sahabat barunya pasalnya ini baru jam delapan malam tidak mungkin Karel sudah pulang. Karena sore tadi sebelum Kila terlelap dari tidurnya, Bella mengirim pesan katanya mereka bertiga mau main ke rumah Kila. Kila yang tidak enak hati menolak pun mengiyakan dan mensherlock lokasi rumahnya.
"Hai Kil." Bella tersenyum sambil melambaikan tangannya setelah Kila membuka pintunya.
Kila balas tersenyum. "Ayo masuk." ajak Kila kepada ke tiga sahabatnya.
Mereka bertigapun masuk dengan membawa kantong plastik besar berisi cemilan. Rencananya malam ini mereka akan menginap di rumah Kila karena kebetulan besok adalah hari minggu jadi mereka tidak sekolah.
Kila membawa mereka ke ruang tamu dan menyilahkan ketiganya untuk duduk di sofa. "Aku ambilin minum dulu ya." kata Kila, saat dirinya hendak ke dapur Manda mencegahnya.
"Enggak usah sungkan kali Kil. Sini duduk aja temenin kita." kata Manda yang langsung di angguki Bella dan Nisa.
Kila akhirnya nurut, duduk bergabung bersama mereka di sofa. "Kalian yakin mau nginap di rumah aku?" tanya Kila menatap sahabatnya satu persatu.
"Yakin dong." jawab Nisa semangat.
"Emangnya kenapa? Enggak boleh ya?" tanya Bella.
KAMU SEDANG MEMBACA
AQILA DEWANGGA
Teen Fiction"Aduh." Kila spontan memegang kepalanya saat sebuah bola tepat mengenai kepalanya. Entah bola itu datangnya dari mana Kila tidak tau. "Ambilin bola gue. " Seketika gadis itu reflek menoleh kebelakang mendengar suara bas yang dimiliki cowok yang se...