Kelas 12 IPA 1 atau lebih tepatnya kelas Dewa dan kawan-kawan yang tadinya berisik mendadak hening saat guru berkepala botak dengan kacamata bertengker di atas hidungnya itu memasuki kelas, sebut saja pak Boga alias botak galak itu merupakan panggilan sayang murid-murid nya. Kurang ajar memang. Selain galak dan botak pak Boga juga memiliki mata minus, sering kali salah mengenali orang. Tak jarang sering kali di kerjai oleh murid-murid nya sendiri. Definisi murid nggak ada akhlak.
"Pagi semuanya." sapa pak Boga.
"SIANG PAK!" jawab semunya serentak, kecuali dua orang yang tak lain Dewa dan Rafael.
Lihat saja dengan santainya Dewa tidur dengan kepala di letekan diatas meja, sedangkan Rafael yang duduk di sebelahnya hanya memandang lurus kedepan dengan ekspresi datar. Memang yang paling normal di antara mereka hanya Revan, entah bagaimana Revan bisa bertahan dengan manusia kaku seperti mereka. Tapi Revan juga tidak senormal itu, banyak minus juga yang Revan miliki salah satunya suka tebar pesona sana sini.
Lanjut ke pak Boga tadi. Guru itu memandang muridnya tajam. Mereka pikir ia buta! Jelas ini masih pagi dan dengan kurang ajarnya muridnya menjawab siang. Sabar, ini masih pagi. Tapi sayangnya pak Boga tidak sesabar itu menghadapi para muridnya yang memang sangat bandel.
"Heh kamu pikir bapak ini buta?! Bapak ini cuma minus ya!" kan galaknya keluar.
"Emang yang bilang bapak buta itu siapa pak?" kata Revan. Huh berani sekali kamu Revan.
"Berani ngejawab ya kamu!" ucap pak Boga galak, lihat saja wajah pak Boga sudah kembang kempis seperti seokor harimau yang siap mencabik mangsanya.
"Jangan galak-galak pak! Nanti cepat tua." itu Ariel yang baru saja berucap. Ketua kelas 12 IPA 1 itu malah cengengesan menatap wajah penuh emosi pak Boga.
"Kamu ngatain saya?!" ngegas pak Boga. Pandangan pak Boga menelusuri seluruh ruangan itu sebelum matanya tertuju pada satu objek. Mata guru itu memicing, berani-beraninya ada yang tidur di mata pelajarannya.
"RAFAEL BANGUN KAMU!" teriak pak Boga emosi.
"Itu yang tidur Dewa pak, bukan Rafael." celetuk Zizi mantan Revan, kebetulan cewek itu duduk di bangku belakang Dewa dan Rafael.
"Kamu jangan membohongi saya ya!"
"Ya Allah pak coba lihat baik-baik? Itu Dewa. Rafael yang duduk di sebelah nya." frustasi Zizi.
"Masa sih?" guru itu pun mendekat ke bangku cowok itu, dan memang benar itu yang tertidur Dewa bukan Rafael. "Kamu juga diam aja dari tadi?!" ucap pak Boga memandang Rafael dengan tatapan murka.
"Males." satu kata lima huruf itu mampu membuat guru itu mengnganga lebar.
Pak Boga tidak habis pikir dengan kelakuan muridnya. "Bangunin teman kamu suruh keliling lapangan sampai jam pelajaran saya habis!" perintah pak Boga tak ingin di bantah. Guru itu kembali ke mejanya, sabar-sabar.
"Jangan dong pak, kasian nanti Dewa nya." kata Alisha.
"Diam kamu!"
Alisha langsung kicep, memang se mengerikan itu jika pak Boga sudah marah.
°°°
"OMO! ITU SERIUS KAK DEWA? NGAPAIN LARI DI LAPANGAN!" teriakan dari Bella membuat Kila yang sedang mencatat tiba-tiba berhenti. Sedangkan para siswi di kelasnya sudah berlari ke arah koridor untuk melihat Dewa dari atas.Jam pertama di kelas 10 IPA 2 memang kosong, sehingga membuat murid-murid berhamburan keluar hanya untuk melihat Dewa yang berlari keliling lapangan. Semenarik itu kah Dewa di hadapan para cewek? Ya, Kila juga mengakui itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AQILA DEWANGGA
Teen Fiction"Aduh." Kila spontan memegang kepalanya saat sebuah bola tepat mengenai kepalanya. Entah bola itu datangnya dari mana Kila tidak tau. "Ambilin bola gue. " Seketika gadis itu reflek menoleh kebelakang mendengar suara bas yang dimiliki cowok yang se...