9

104 52 115
                                    

Kini Kila dan ketiga sahabatnya sudah berada di kantin sejak 10 menit bel istirahat berbunyi. Kila dan ketiga sahabatnya tengah menikmati makanannya masing-masing sambil di selingi obrolan-obrolan absurd mereka.

Manda berdecak saat Bella mengambil gorengannya untuk yang ketiga kalinya. Emang nggak tahu diri ya!

"Bel, gorengan terakhir gue itu!" Manda menatap piring kosong miliknya. Huft! Harus sabar, orang sabar di sayang Tuhan.

Bella mengunyah gorengan tahu milik Manda dengan santai, tanpa menggubris pemiliknya yang menggerutu kesal.

"Bel ishh! Ngeselin lo ah. Kenapa nggak beli sendiri sih?!" Manda menatap tajam ke arah Bella.

"Elah, gue cuma makan satu doang! Pelit amat sih." Bella mencebikan bibir.

"Satu lo bilang? Lo makan tiga bego!" rasanya Manda ingin mengumpati Bella habis-habisan jika ia tidak ingat mereka sekarang berada di kantin.

"Masa?" Bella mengerjap polos. Bukanya imut, rasanya Manda ingin mencekik gadis itu sekarang.

"Tau ah! Lo pesenin lagi buat gue!" ketus Manda.

"Mager." ucap Bella. "Kalau gue nggak mager udah dari tadi gue pesen sendiri." lanjutkan sembari mengunyah gigitan terakhir gorengan tahunya.

Manda tak membalas, ia benar-benar kesal saat ini apalagi moodnya sejak pagi tadi tidak membaik karena kedatangan tamu bulanannya.

Sedangakan Kila dan Nisa memperhatikan keduanya sambil geleng-geleng kepala. Heran saja, kenapa Bella dan Manda selalu saja ribut. Meski begitu tidak lama kemudian mereka kembali baikan seperti tidak terjadi sesuatu.

Nisa menyenggol bahu Kila yang duduk di samping kiri nya. Kila yang di senggol menaikan satu alisnya.

"Kenapa?" tanya Kila.

"Lo lihat meja itu deh, dari tadi gue merhatiin kalau kak Dewa lagi lihatin lo." Nisa menunjuk meja yang ia maksud menggunakan dagunya.

"Masa?" tak urung gadis itu mengikuti arahan dari Nisa, dan benar di sana ada Dewa dan kedua sahabat cowok itu. Tapi Kila tidak melihat jika cowok itu tengah menatap ke arahnya.

"Jangan ngaco deh, itu lihat kak Dewa lagi mainin ponselnya."

"Tapi serius tadi kak Dewa lihatin lo." kata Nisa.

"Cuma kebetulan aja mungkin." Kila mengedikkan bahunya, ia hanya tidak ingin dirinya kegeeran.

"Kalian lagi ngomongin apaan sih?" tanya Bella kepo, pasalnya Kila dan Nisa berbicara bisik-bisik.

Kila menggeleng. "Bukan apa-apa." jawabnya.

°°°

Di lain sisi Dewa tak henti-hentinya menatap wajah Kila yang menurutnya sangat menggemaskan, entah kenapa makanan di depannya tidak cukup membuat ia beralih dari pandangan menatap gadis itu. Bahkan Dewa belum sempat menyentuh makanannya, terlalu sayang jika harus melewatkan wajah menggemaskan milik Kila. Padahal gadis itu hanya fokus menikmati makanannya saja, tidak melakukan hal lain tapi kenapa bisa membuat Dewa secandu ini untuk terus menatapnya.

Revan yang berada di sebelah Dewa memicingkan matanya melihat cowok itu yang hanya menatap satu titik. Revan mengikuti arah pandang Dewa, tiba-tiba bibirnya tersenyum smirk. Sekarang Revan tahu apa yang sedang di lihat oleh Dewa.

"Tembak bro, kalau lo mamang suka." Revan sengaja menyenggol lengan Dewa yang otomatis membuat Dewa langsung mengalihkan pandangan dari Kila. Shit! Dalam hati Dewa mengumpati Revan.

AQILA DEWANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang