5

132 81 87
                                    

"KAK DEWA!" suara melengking itu menghentikan langkah kaki Dewa yang hendak masuk ke dalam kelas. Dewa menatap lurus gadis yang tengah berlari kecil ke arahnya.

"Ini aku balikin seragam kak Dewa." Kila menyerahkan paper bag yang berisi seragam Dewa. Sebelum di kembalikan tentu Kila sudah mencucinya terlebih dahulu.

Dewa mengambil paper bag dari tangan Kila. "Ada lagi?" alis Dewa terangkat sebelah.

Kila menggeleng. "Udah itu aja kak, makasih udah mau minjemin seragamnya." ucap Kila sembari menampilkan senyuman tulus.

"Hm." dehem Dewa. Cowok itu tengah menetralkan detak jantungnya yang bekerja lebih cepat dari biasanya. Sial! hanya karena gadis itu tersenyum mampu membuat Dewa salah tingkah sendiri.

Otak Dewa sepertinya lagi gesrek atau konslet? Bisa-bisanya ia mengagumi Kila.

"Yaudah kak, kalau gitu Kila ke kelas dulu." pamit Kila meninggalkan Dewa yang masih berdiri dengan perasaan yang sulit untuk di jelaskan.

"HOY!"

Reflek, Dewa menggeplak wajah Revan yang baru saja membuat dirinya terkejut. Emang dasar setan! Datang enggak ada ngucap salam malah teriak di dekat telinga.

"Sakit bego!" Revan memberengut sebal. " ngapain lo melamun di depan pintu? Kesambet baru tau rasa."

"Bukan urusan lo!" jawab Dewa, cowok itu masuk ke dalam kelas meninggalkan Revan yang masih berdiri di depan pintu, Dewa yakin Revan pasti sedang mendumel sekarang.

"Bikin irisin li." Revan mencibir.

Rafael yang baru saja datang memandang Revan aneh, apakah cowok itu gila karena bicara sendiri?

"Lo gila?" entahlah itu pertanyaan atau pernyataan yang terlontar dari bibir Rafael. Cowok muka datar itu sulit untuk di mengerti. Sebelas dua belas seperti Dewa. Revan bingung kenapa dirinya bisa berteman dengan manusia aneh seperti mereka berdua.

"LO YANG GILA!" teriak Revan yang sudah kepalang kesal. Dewa dan Rafael sama-sama makhluk menyebalkan yang ada di muka bumi ini.

"Nggak usah teriak di dekat telinga gue." ucap Rafael. "Suara lo kayak kambing kejepit." lanjutnya.

"Setan lo!" umpat Revan.

"Lo iblis." balas Rafael.

Mulut Revan mengnganga lebar, Rafael itu irit bicara tapi sekalinya bicara bisa buat orang naik darah.

°°°


Kila yang baru saja keluar dari gedung sekolah bersama ketiga temannya langsung pamit saat melihat keberadaan Karel yang tengah menunggu di depan gerbang.

"Kak Karel kok kesini?" tanya Kila saat sudah berada di hadapan Karel.

"Emang enggak boleh jemput adek kesayangan kakak?" Karel terkekeh, tangannya terangkat mengacak rambut Kila dengan gemas.

"Boleh dong." Kila langsung berhambur di pelukan Karel. "Emang kak Karel enggak sibuk?" Kila mendongakkan kepalanya menatap Karel dari bawah.

Karel membalas pelukan Kila, kepalanya menunduk memperhatikan wajah adiknya yang tengah menatapnya. "Kakak mau ajak kamu makan di tempat kerja kakak, mau?"

"Mau!" Kila mengangguk semangat dengan bibir melengkung.

"Sekarang naik, kita berangkat." Kata Karel yanga langsung mendapat anggukan dari Kila.

Setelah memastikan Kila sudah duduk dengan aman di atas motor, Karel segera mengegas motornya menuju tempat ia bekerja di cafe.

AQILA DEWANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang