13

86 37 69
                                    

Sudah satu jam Bella duduk di sofa ruang tamu di rumah Karel, tapi cowok itu selalu memeberikan respon cuek saat Bella mengajaknya berbicara. Bella kesal? Tentu saja. Tapi Bella tidak menampakkannya pada Karel. Ini namanya perjuangan!

Tekat Bella kuat untuk menaklukkan hati Karel. Cepat atau lambat kakak dari sahabatnya ini pasti bisa Bella luluhkan. Hanya butuh kesabaran sedikit untuk mencapai hasil maksimal.

"Udah Bella kupasin buah apel nya. Di makan ya kak?" kata Bella menyodorkan piring berisi apel yang sudah Bella potong menjadi beberapa bagian.

"Lo makan aja. Gue nggak mau." tolak Karel tanpa menatap ke arah Bella sedikitpun. Cowok itu memainkan handphonenya, sesekali tersenyum menatap benda pipih itu. Entah apa yang yang lebih menarik perhatian Karel sampai-sampai mengabaikan Bella.

"Di makan dong kak. Bella udah kupasin buat kak Karel, masa iya nggak di makan?" Bella menatap sedih piring di tangannya yang tidak juga di ambil alih oleh Karel.

Karel berdecak, meletakkan handphonenya dengan kasar di atas meja. "Emang tadi gue nyuruh lo buat kupasin tuh apel?" tanya Karel. "Lo sendiri kan yang inisiatif?"

"Tapi setidaknya hargai dong kak." kata Bella.

"Mending lo pulang deh. Ngapain masih di rumah gue? Kila nggak ada di rumah." ketus Karel.

"Bella kesini buat jengukin kak Karel, bukan nyariin Kila." ujar Bella. Jujur hati Bella sakit di perlakuan seperti ini oleh Karel.

"Kita nggak sedeket itu kan sebelumnya? Sampai-sampai lo dateng jengukin gue." perkataan Karel benar. Mereka memang tidak dekat, bahkan kenal saja baru beberapa hari kemarin. Wajar jika Karel berkata seperti itu.

Bella tersenyum sendu menatap wajah Karel. "Yaudah deh kak, Bella pulang ya. Tapi besok-besok Bella bakalan dateng lagi."

"Nggak perlu." kata Karel.

"Kenapa? Ini kan rumahnya Kila juga. Emang nggak boleh Bella main sama Kila?" tanya Bella.

"Terserah!" jawab Karel dengan ketus.

Bella cengengesan melihat wajah kesal Karel. Gadis itu berdiri, berjalan menjauhi Karel.

"Bella pulang ya kak Karel! Awas kangen!" teriak Bella saat sudah di ambang pintu.

Karel hanya menggelengkan kepala melihat tingkat Bella, yang menurutnya sangat kekanakan.

°°°

"Tente, Kila pamit pulang dulu ya." kata Kila. Sudah hampir satu jam Kila dan Mila mengobrol, hampir saja lupa waktu jika tidak mengingat hari semakin petang.

"Ini udah sore banget loh, kamu pulangnya biar di antar supir tante ya?" tawar Mila.

"Nggak usah tante, nanti ngerepotin." tolak Kila tak enak hati.

"Sama sekali nggak ngerepotin dong! Kan sama calon mantu sendiri." kekeh Mila.

Wajah Kila jadi bersemu merah, itu semua tidak luput dari pandangan Mila. Mila jadi gemes sendiri melihatnya, rasanya tidak ingin membiarkan gadis itu pulang.

"Salsa sayang, sini pamitan dulu sama kakak cantik." kata Mila. Anak bungsunya itu asik makan kue di atas karpet berbulu sambil memainkan boneka barbie kesukaannya.

Salsa yang di panggil segera berdiri, kemudian berlari kecil memeluk Kaki Kila. Spontan membuat Kila langsung berjongkok menyamakan tingginya dengan Salsa. "Salsa jangan lari-lari ya? Nanti kalau jatuh gimana?"

Gadis kecil itu menyengir. "Iya nanti nggak lari-lari lagi." jawabnya.

"Pinter. Ini baru namanya anak baik." kata Kila, tangannya terulur mengelus rambut Salsa penuh sayang. "Kakak pulang ya? Udah sore." lanjutnya.

AQILA DEWANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang