Ini kisah tetang Sri Putri Anjani, seorang gadis cantik berumur 20th yang menikah dengan duda anak satu bernama Gus Raydar Ataya Alfatih. Kisahnya dimulai saat Anjani tak sengaja bertemu dengan Gus kecil berumur 3th bernama Zidan Usman Alfatih, saat...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aku yakin rasa sakit ini hanyalah sementara dan semoga aku bisa mengambil hikmahnya."
"Sungguh menyedihkan saat seseorang yang biasanya menjadi alasanmu untuk tersenyum di pagi hari. Justru sekarang berubah menjadi alasanmu menangis di tengah malam yang sunyi."
"Padahal hujan belum sempat menyambangi bumi, namun rintiknya telah sampai lebih dulu membasahi pipi, hingga tetesan nya menusuk dalam relung hati."
🌻🌻🌻🌻🌻
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"DOKTER... TANGAN SUAMI SAYA BERGERAK..." dokter beserta abi dan umi Raydar bergegas masuk.
"Subhaanallah... ini sebuah keajaiban, pasien telah kembali bernafas." dokter langsung memeriksa Raydar kembali, membenarkan alat-alat yang tadi sempat hendak ingin dicabut oleh sang dokter.
Raydar dipindahkan ke ruang rawat, dan dokter mengatakan tak lama lagi Raydar akan sadar. Dan benar saja setelah beberapa menit menunggu, Raydar mengerjap kan matanya menyesuiakan cahaya yang masuk.
"Mas... kamu... UMI ABI, MAS RAY SADAR!" Anjani langsung berseru heboh. Saat Anjani hendak menyentuh wajah Raydar, Raydar menepis nya secara kasar. Anjani syok saat mendapat perlakuan kasar dari Raydar.
"Mas..." cicit Anjani.
"Lancang sekali kamu! Berani nya menyentuh wajah saya! Dasar wanita murahan!" tandas Raydar.
Deg!
Ucapan Raydar menusuk relung hati Anjani. Apa katanya tadi, lancang? Murahan? Benarkah? Apa itu pandangan Raydar terhadap nya? Pikir Anjani.
"RAYDAR ATAYA ALFATIH!" murka Fakih.
"Abi..." Raydar terlihat heran atas reaksi abi nya.
"Apa yang kamu katakan Raydar? Kamu menyebut istri mu murahan hah?!" terlihat dari raut wajah Fakih yang memerah menahan gejolak amarah.
