Bagian 6

1.1K 131 24
                                    

❪ A MIRACLE ❫

Pagi-pagi sekali Junghwan sudah tiba di sekolah, untuk apa? untuk melaksanakan tugas piket, hari ini dia kebagian jadwal piket. Karena Junghwan anak yang rajin dan anti malas-malasan jadi dia langsung berangkat pagi-pagi ke sekolah.

Junghwan di berikan tugas mengepel lantai sementara yang lain ada yang menyapu, membersihkan jendela, menghapus papan tulis dan lain-lainnya.

Junghwan masuk ke dalam kelas, ia meletakkan pel yang sudah ia isi air sabun di lantai. Dia mulai memasukkan pel ke dalam ember tersebut menunggu beberapa menit sampai pel itu sudah basah kemudian memeras pelnya.

Tiba-tiba terdengar suara ribut-ribut yang mendekat ke kelas mereka. Junghwan tahu itu siapa, dia yakin itu pasti Riki dan antek-anteknya yang baru saja datang.

Benar saja, Riki masuk bersamaan dengan antek-anteknya. Mereka berdiam sebentar di depan pintu menatap anak-anak yang sedang piket termasuk Junghwan. Riki tersenyum kecil melihat Junghwan dan langsung menghampirinya.

Junghwan sedang fokus mengepel jadi dia tak menyadari kedatangan Riki.

BRAK!

Junghwan langsung menoleh ke sumber suara, saat dia lihat ternyata ember yang berisi sabun tadi sudah tumpah kemana-mana. Junghwan menatap kesal ke Riki yang ada di dekat ember itu.

"Sorry gue sengaja" Riki tersenyum puas melihat ekspresi kesal Junghwan, rasanya masih menyenangkan mengerjai bocah itu. Sementara Junghwan berusaha untuk sabar dan tetap tenang, dia hendak mengambil ember itu tapi lagi-lagi Riki berulah dengan menendang ember sampai mental itu cukup jauh.

Junghwan kembali menghela nafas, lagi-lagi berusaha sabar walau sebenarnya dia ingin sekali mencabik-cabik Riki saat ini.

"Pergi" Junghwan memberi tatapan tak suka pada Riki yang sedang menertawakannya.

"Oh marah nih?" bukannya pergi Riki justru bersandar pada meja Guru, Riki menatap wajah Junghwan yang terlihat kesal namun dia tahan.

Entah kenapa Riki suka sekali melihat ekspresi kesal Junghwan. Mungkin karena dulu bocah itu hanya diam dan tak melawan saat Riki menindasnya, jadi cukup menarik melihatnya sekarang melawan dan menatapnya dengan tajam seperti yang dia lakukan sekarang.

Junghwan memang masih menyukai Riki, tapi kalau Riki sudah berulah seperti ini dan mulai keterlaluan, bukannya harus di beri pelajaran?

Junghwan menarik kasar tangan Riki, memojokkan tubuh itu ke papan tulis, mencengkram kedua bahunya dengan kuat, menatap wajah terkejut Riki dengan tajam.

Aksi Junghwan barusan sukses membuat keempat temannya yang memperhatikan dari jauh terkejut.

"Gue udah nyuruh lo pergi, kenapa ngeyel banget? apa perlu gue pake cara kasar?"

Junghwan ingin memperlakukan Riki dengan kasar? oh jangan harap, Riki tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

Riki memberontak, berusaha mendorong tubuh Junghwan agar menjauh tapi tenaganya kalah kuat. Riki heran, sejak kapan tenaga Junghwan sekuat ini?

"Lepas" Junghwan tersenyum kecil, dia tidak akan akan mengabulkannya semudah itu, pemuda Jepang itu harus di beri pelajaran  terlebih dahulu agar jera.

"Gimana? udah tau kan rasanya di posisi gue?" Riki langsung terdiam mendengar bisikkan Junghwan.

Bisikkan itu membuat Riki teringat dengan masa SMP-nya saat Junghwan masih menjadi pacarnya. Posisi ini adalah posisi yang sering Riki gunakan untuk mengancam dan memarahi Junghwan.

Sialan, apa Junghwan sedang membalas dendam?

"Bacot, lepasin gue!" Junghwan tertawa kecil, di keadaan seperti ini ternyata Riki masih bisa berkata kasar.

a miracle ★ hwanki.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang