Satu

2.1K 80 5
                                    

*Please read desc first about this fict!* Thankyou


***


Selamat pagiii...

Ah... daratan West Coast... What a lovely place!

Tapi bohong...

Yoon Jeonghan tahu, mungkin saat ini senyumnya terlihat menyeramkan bagi beberapa orang yang melihatnya. Yeah, tentu saja. Berada di udara selama lebih dari dua puluh jam tentu saja membuat siapapun merasa lelah. Kantung matanya pasti akan terlihat menyeramkan saat ini. Shit! Dan juga, dia tidak suka West Coast. Tidak pernah menyukai West Coast. Ralat... dia bahkan membencinya.

Jeonghan harus mengeluarkan kacamata hitam berukuran tidak terlalu besar, bergaya aviator yang dia ambil secara paksa dari Hyungwon, sahabat sekaligus mantan kekasihnya. Hyungwon dengan senang hati memberikan kacamatanya, karena dia mempunyai banyak cadangan kacamata aviator. Tentu saja. Karena dia seorang pilot.

Jeonghan menunggu tas dan kopernya, dan mengambil mereka dengan wajah bersinar seolah mereka adalah bayi-bayinya yang manis dan menggemaskan.

Sebelumnya ia tinggal di Australia bersama Mrs. Yoon, dan kini dia harus pindah ke West Coast untuk tinggal bersama dengan Mr. Yoon karena Mrs. Yoon baru saja menikah dengan pria yang usianya bahkan hanya selisih empat tahun dari Jeonghan. Hebat! Dan meskipun kehidupan pernikahan baru Mrs. Yoon penuh bahagia, dia menolak untuk mengubah namanya menjadi Park. Dia tetap ingin dikenal sebagai Yoon, karena Jeonghan juga seorang Yoon.

Kedua iris Jeonghan melirik sekilas customs declare yang diberikan oleh awak kabin dan sudah ia isi dengan data-data yang valid. Customs declare hanya meminta para penumpang menyatakan barang apa saja yang mereka bawa. Apakah mereka membawa uang dalam jumlah besar atau di dalam koper terdapat barang-barang yang perlu ditolak, ditahan sementara, atau bahkan dihancurkan di tempat karena berbahaya. Formulirnya berupa pernyataan lalu kotak yang perlu dicentang 'YA' atau 'TIDAK'. Dan Jeonghan tanpa kesulitan berhasil menjawab semua yang ada di dalam lembaran kertas tersebut, tanpa keraguan. Tentu saja. Dia tidak membawa banyak uang, karena saat ini ia resmi menjadi seorang pengangguran dan uangnya hanya cukup untuk membeli sekantung besar permen karet atau beberapa biskuit asin untuk lima belas hari kedepan. Dan barang-barang bawaannya pun juga tidak banyak. Hanya sekadar kamera polaroid, dompet koin, pakaian dalam, titipan surat dari Mrs. Yoon untuk Mr. Yoon. Selebihnya? Tidak ada yang menarik. Hanya sekadar novel-novel yang akan dibaca ketika ia sudah sampai di rumah.

Salah seorang petugas customs menghentikan langkahnya dan menyapa Jeonghan dengan ramah. Dia seorang wanita yang mungkin usianya terpaut lima tahun dari Jeonghan, memiliki rambut berwarna cokelat dan irisnya berwarna biru cerah. Sangat cantik.

"Selamat pagi..."

"Dinihari,"  Jeonghan mengoreksi sapaannya dan petugas tersebut tertawa.

"Selamat dinihari,"  dia mengulang dan tersenyum geli. "Bepergian dari?"

Jeonghan membalas sapaannya dengan senyuman lebih dulu, "Australia."

"Aa, Australia ya?!"  Petugas kembali mengulang. Retoris. "Apa kau membawa banyak barang?"

"Tidak."

"Kami akan melakukan pengecekan."  Petugas kembali tersenyum ramah dan Jeonghan hanya mengangguk.

Petugas yang tidak menyebutkan namanya sendiri itu menuntun Jeonghan ke sudut ruangan, dan berdeham membuat beberapa petugas customs pria memutar tubuh mereka dalam gerakan lambat.

Holy shit!

Seorang petugas memakai rompi berwarna hitam bertuliskan customs dengan seragam biru gelap dan rambut sehitam langit malam dengan dua alis tebal mengangkat satu alisnya. "Ya? Ada apa?"

Petugas di sebelah Jeonghan kembali berdeham dan tersenyum canggung. Jeonghan berani mempertaruhkan seluruh barang bawaan miliknya, bahwa si petugas wanita tipikal yang akan melakukan apapun untuk pria yang ada di hadapan mereka saat ini. Cheesy!

"Oh, Tuan ini baru saja mendarat dari Australia. Kurasa kau ingin memeriksa barang-barang bawaannya."

Petugas pria dengan rambut hitam tersenyum dan mengangguk. Dia memberi tanda pada Jeonghan, dan tanpa ragu Jeonghan menyeret koper lalu berjalan mengikutinya.

Petugas berambut hitam mengambil sarung tangan dari saku rompi yang dipakainya, memakai sarung tangan tersebut---sepertinya terbuat dari kain, bukan karet, karena Jeonghan tidak bisa mendengar suara karet yang bertabrakan dengan kulit---mengerti maksudnya? Seperti suara karet pengaman yang bertabrakan dengan benda yang mengeras. Membayangkannya membuat wajah Jeonghan panas dan memerah.

"Baru saja mendarat?"  Si rambut hitam bertanya hanya untuk basa-basi. Jeonghan mengangguk saat si rambut hitam meminta Jeonghan menyerahkan koper serta tas selempang kecil yang tersampir di bahunya.

"Yep."

"Apa ada barang-barang khas Australia yang kau bawa?"

Jeonghan menggeleng cepat, "tidak. Tapi kurasa, jika surat cinta dari Ibuku untuk mantan suaminya di West Coast itu termasuk souvenir khas Australia, maka kau boleh menyitanya."

Si rambut hitam terkekeh dan Jeonghan berani bersumpah, suara kekehannya terdengar sangat seksi di kedua telinga. Dia mulai membuka, memeriksa koper dan melihat-lihat isi di dalamnya satu per satu. Wajah Jeonghan kembali panas dan memerah saat beberapa kali dia menyentuh bagian yang terlarang untuk disentuh. Seperti... pakaian dalam! Jangan salahkan Jeonghan! Dia memiliki selera yang tinggi untuk pakaian dalam. Dia bahkan memiliki banyak koleksi Victoria tersimpan di dalam lemari kecilnya.

Pemeriksaan berlangsung selama beberapa menit sebelum akhirnya si rambut hitam yakin bahwa Jeonghan tidak membawa barang-barang yang berbahaya. Dia menutup kembali koper dan tas kecil dan menyerahkannya kembali pada Jeonghan.

"Kau clear. Selamat berlibur, err..."

"Jeonghan. Yoon Jeonghan." Entah untuk alasan apa ia memberitahunya namanya. Si rambut hitam tersenyum, mengangguk lalu mengulang namanya.

"Aku suka model serta warna-warna yang kau pilih untuk pakaian dalammu."

Si rambut hitam mengucapkannya tepat setelah Jeonghan berbalik. Dan Jeonghan masih bisa mendengar kekehannya sebelum ia benar-benar berlari, meninggalkan rambut hitam dengan wajah nyaris berasap.

WORLD | JEONGCHEOL COUPHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang