Dua

725 56 0
                                    

Jadi, ini rumah Mr. Yoon. Rumah ini terlihat berbeda sejak terakhir kali Jeonghan berlibur ke West Coast. Mr. Yoon adalah seorang polisi, dan dia bertugas di kantor yang jaraknya hanya sekitar tiga puluh menit dari rumah kecilnya yang nyaman.

Mr. Yoon membantu Jeonghan membawa koper sementara Jeonghan melihat-lihat tempat tinggal barunya. Rumah kecil yang sejujurnya terasa sangat familiar untuknya. Kamar tidurnya berada di lantai dua, dan cukup nyaman karena Mr. Yoon meletakkan pemanas ruangan di dalam kamar. Jeonghan juga memiliki kamar mandi pribadi di dalam kamar. Mr. Yoon bilang, kebiasaan jarang mandi dan hanya mengandalkan parfum beraroma stroberi atau bunga benar-benar tidak bisa dia terima ketika Jeonghan sudah menginjakkan kaki di West Coast.

Mr. Yoon memang menyebalkan dan kaku dan juga selalu bersikap seenaknya. Menurut Jeonghan, mungkin karena alasan itu lah Mrs. Yoon mengajukan talak ketika Jeonghan baru berumur empat tahun.

Satu hal yang Jeonghan sukai dari Ayahnya, dia tidak senang berkomentar seperti Ibunya. Dan, oh! Mr. Yoon juga sudah mengurus semua keperluannya selama berada di West Coast. Dan Mr. Yoon juga memberitahu Jeonghan bahwa dia sudah mulai bisa bekerja di tempat temannya. Namanya Mr. Baek, kalau Jeonghan tidak salah dengar.

Sebelumnya, Jeonghan bekerja sebagai penulis jurnal di kantor detektif swasta di Australia, dan kali ini dia juga akan mendapatkan posisi yang sama. Hanya saja kali ini dia bekerja sebagai agen pemerintah. Memiliki pekerjaan karena bantuan orang dalam memang benar-benar menyenangkan.

Jeonghan selesai membereskan barang-barang dan memutuskan untuk membuat sarapan. Mr. Yoon tidak punya cukup bahan di lemari pendingin, jadi Jeonghan hanya bisa memanfaatkan panekuk instan yang ada di lemari dapurnya.

Mr. Yoon bilang dia harus pergi bekerja dan akan kembali pukul dua besok siang. Jadi Jeonghan terjebak di dalam rumah sendirian, dengan saluran TV yang membosankan.

Sisi baik Mr. Yoon lainnya? Dia meninggalkan mobil tua miliknya terparkir di halaman depan rumah dan Jeonghan bisa memakainya kapanpun dia mau. Mr. Yoon sudah terbiasa pergi kemana pun dengan mobil patrolinya, jadi mobil tua itu sedikit terbengkalai.

Jeonghan mengambil jaket dan memastikan bahwa wajahnya sudah cukup segar lalu berlari menuruni undakan depan rumah, masuk ke dalam mobil tua milik Mr. Yoon.

Mobil ini adalah Honda keluaran tahun sembilan puluhan, berwarna biru gelap, dan mesinnya masih sangat halus untuk kategori mobil tua. Knalpotnya? Wow! Terdengar seperti mobil balap! Mr. Yoon pasti sudah menguras kantongnya dalam-dalam untuk ini semua.

Jeonghan mengemudi tak tentu arah, meskipun tujuan awalnya adalah swalayan Coast Centre. Ia sedikit hapal jalanan West Coast, tapi terakhir kali dia berkunjung adalah ketika hari kelulusan sekolah menengah, dan itu bertahun-tahun yang lalu. Banyak jalan yang sudah berubah.

Setelah sampai ia memarkirkan mobil di halaman parkir dan keluar dari dalam mobil dengan menyampirkan tas ke bahu kiri. Ia mengambil troli yang ada di depan pintu masuk swalayan, mendorongnya, dan memulai perburuan.

Ia membutuhkan panekuk instan lain, roti, kulit lasagna, daging asap, kornet, susu cair, telur, keju, berkaleng-kaleng soda untuk menemani Mr. Yoon menonton pertandingan sepak bola. Yeah, Jeonghan masih menghapal dengan sangat baik apa yang Ayahnya sukai.

Dia sampai di bagian buah dan sayuran saat mendengar seseorang meminta kepada petugas kasir yang sedang berjaga di belakang meja kasir untuk memberi label harga kepada tomat-tomat segar yang sudah dipilihnya. Kedua bola mata Jeonghan sedikit membulat saat melihat dua kantung berisikan tomat-tomat berwarna merah segar. Apa pria itu maniak tomat?

Petugas kasir menyerahkan kembali dua kantung tomat kepada pria di depannya, mengucapkan terima kasih dan melemparkan senyuman. Jeonghan baru akan melangkah untuk menyerahkan semangka yang ada di tangan agar si petugas kasir bisa membantu mengirisnya saat dengan tidak sengaja pria tomat berbalik dan menabraknya hingga membuat semangka yang Jeonghan pegang terjatuh menggelinding.

"Maaf. Maafkan aku..."  Jeonghan menegakkan tubuh setelah buah semangka tadi berhasil ia dapatkan, dan kedua irisnya kembali membulat. Pria di depannya juga melakukan hal yang sama. Dia bahkan mengerutkan kening. "Kau yang waktu itu kan?"  Dia bertanya dan Jeonghan hanya bisa mengangguk. "Oh, maafkan aku, sungguh. Aku tidak sengaja."

Jeonghan hanya bisa mengangkat kedua bahu karena terlalu terkejut bisa bertemu dengannya di swalayan seperti ini. Dia masih memakai seragamnya yang berwarna biru tua, dan masih mengenakan rompi bertuliskan customs.

Petugas kasir berdeham membuat Jeonghan berjengit kaget. Ia mengucapkan maaf dan menyerahkan semangka yang ia bawa, lalu petugas kasir pergi dengan membawa semangka miliknya untuk diiris.

"Jadi, kau tinggal di dekat sini?" Pria customs bertanya sambil menggaruk lehernya.

"Apa? Oh, tidak. Tidak, aku tinggal di dekat kantor polisi."

"Kau tinggal di kantor polisi?" Dia bertanya dan menggoda Jeonghan lalu tertawa sendiri. Itu membuat wajahnya terlihat semakin tampan. "Jadi kau berlibur selama berapa hari?"

"Aku tidak berlibur," kening Jeonghan berkerut. "Aku tinggal di Konoha bersama Ayahku."

"Oh, maaf..." Dia kembali menggaruk lehernya. "Jadi, err... siapa namamu? Aku lupa." Dia tersenyum meminta maaf dan Jeonghan hanya bisa mendengus. Well, pekerjaannya memang menuntut dia untuk bertemu dengan banyak orang, jadi wajar saja kalau dia tidak mengingat seorang Yoon Jeonghan.

"Yoon Jeonghan..."

"Aa.. Jeonghan. Ya, benar. Kau Jeonghan. Si pirang dengan selera pakaian dalam yang baik." Dia tersenyum nakal dan wajah Jeonghan memanas. Sialan! "Kalau begitu aku duluan. Aku harus istirahat karena nanti malam harus kembali bekerja."

"Yep... Hati-hati ketika mengemudi." Dia mengangguk lalu tersenyum, kemudian melambaikan tangan dan mendorong trolinya pergi.

Petugas kasir kembali tepat setelah pria customs menghilang. Semangka irisan sudah diletakkan di wadah sterofom kecil dan sudah diberi label harga. Jeonghan mengucapkan terima kasih lalu mendorong troli menuju kasir untuk membayar barang belanjaan.

WORLD | JEONGCHEOL COUPHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang