i'm not her

2.4K 123 8
                                    

Happy reading 🐣

°°°°

     sudah hampir setengah tahun lamanya raka mencoba memasuki kehidupan bagas,segala upaya dilakukannya demi meruntuhkan tembok kokoh yang dibangun bagas agar orang lain tak dapat singgah.
raka yang selalu berusaha menyenangkan bagas meskipun pada akhirnya kembali menelan kalimat penolakan,pahit memang namun itulah resikonya jika berani menaruh rasa pada seseorang yang hidup dengan masa lalunya.

kelas ramai seperti biasa karena jam istirahat baru saja berbunyi,banyak yang pergi ke kantin namun raka sendiri memilih bangkit mengeluarkan sekotak makanan buatan tangan lalu segera bergegas menuju halaman belakang sekolah,tempat biasanya bagas menyendiri berbaring diatas kursi panjang dengan telinga tersumpal headphone.
jangan tanya kenapa bagas memilih menjauh dari keramaian karena dulunya bagas adalah sosok yang begitu mudah berteman namun setelah kejadian satu tahun lalu sukses mengubah kepribadiannya.

halaman belakang yang rindang ditumbuhi tanaman buah-buahan beraneka jenis juga terdapat bunga besar yang telah menjalar dilangit-langit membentuk atap alami.

siapa saja akan betah berada seharian penuh disana namun karena letaknya jauh dibelakang sekolah banyak siswa memilih mengabaikan keindahan itu, beruntung bagi bagas mempunyai tempat yang sudah dicap miliknya pribadi.

"lama-lama lo bisa dibawa kabur kunti kalau sendirian terus gas"
raka berjalan pelan menghampiri bagas,dia tau bagas sudah menduga kehadirannya karena raka juga tidak pernah absen mengunjungi belakang sekolah karena bagas ada disana.

"diam disana"suara bagas mengalun tajam membuat yang punya tubuh berdiri kaku,kotak bekal dalam dekapan kembali dieratkan karena peringatan bagas lumayan membuat raka tidak nyaman.

oh ayolah...raka sudah sering ditolak oleh bagas namun kenapa setiap kali pemuda itu menegaskan ketidaksukaan padanya, mengapa hatinya masih berdenyut sakit?harusnya raka sudah mulai terbiasa bukan.

"udah gas?gue bisa duduk sekarang?"tanya raka hati-hati,dia tidak takut bagas akan memukulnya karena bagaimanapun sakitnya raka masih lelaki yang pastinya juga tahan banting.dia juga bisa membalas memukul bagas jika mau,tapi kan raka sendiri tidak akan pernah mau membalas seburuk apapun perlakuan bagas padanya.raka terlanjur sayang.

"hmmm... tapi lo duduk diujung"bagas beringsut duduk diujung kursi yang satunya lagi sedang raka disisi yang lain.bagas tak pernah mau berbicara dengannya tak pernah mau menatap wajah raka,dulu raka sempat berpikir jika bagas jijik padanya yang mengejar seorang lelaki.

"lo mau?"sekotak rokok disodorkan pada bagas,
disini adalah wilayah paling aman untuk merokok karena guru akan enggan sekali untuk pergi kesana.raka menyulut api setelah bagas menggeleng malas menolak pemberiannya.lagi.
"kalau gak mau ini tolong terima bekal dari gue,gue bangun subuh buat nyiapin semua"
raka tersenyum kecil dengan mata menyipit, tangannya mengapit lintingan cerutu namun diruas jari itu terdapat plester luka yang membalutnya.

"lo kasih gue makanan kotor?pasti darah dari luka lo juga netes ke makanan"
bagas berdecih singkat kemudian menyibukkan diri bermain game online.

"lo tenang aja, sebelum darah gue netes gue langsung siram pakai alkohol kok,jadi makanannya masih higienis"jelas raka dengan senyum kecut.
bayangkan betapa perihnya luka teriris pisau dapur dan langsung diguyur alkohol,namun belum seperih hatinya yang semakin retak.tidak,raka tidak boleh berpikir banyak karena dia tidak mau hatinya hilang rasa pada bagas.

bagas tidak peduli lagi, keheningan menyelimuti mereka berdua sementara raka kembali menyulut berbatang rokok berikutnya.bibirnya kebas lidahnya ikut mati rasa dengan tenggorokan tercekat kering gersang menghisap banyak lintingan berapi itu.

"lo masih mikirin mantan lo gas?"
raka berucap santai namun hatinya berdegup menunggu jawaban yang akan diberikan oleh bagas.

"lo bukan siapa-siapa gue buat tau apapun tentang dia"jawab bagas sekenanya.raka terkekeh pelan dan kembali diam setelahnya.lidah digigit kuat meredam kesakitan didalam sana, tidak pernahkah bagas meliriknya sedikit saja?sudah berapa lama dia menunjukkan perasaannya namun bagas selalu menolak dan tidak pernah menganggap kehadirannya.memang raka merasa tidak pernah
penting bagi siapapun tapi kali ini saja dia harus meminta tolong agar pemuda satu-satunya tempat hatinya berlabuh mau melihat padanya, persetan dengan membalas perasaannya.raka hanya ingin dicintai,sekali saja.

"please gas...kenapa lo gak pernah lihat gue? bilang gue harus apa biar lo bisa nerima gue meskipun sedikit"
frustasi raka yang dibalas desisan kesal,bagas membanting ponselnya hingga terlempar keatas akar pohon yang menyembul dari tanah,dia kesal setiap kali raka memaksakan diri padanya.

bugghh....
"gue kasih peringatan sekali lagi,gue bukan homo kayak lo dan gue masih nunggu karina balik kesini lagi,jadi lo stop kacau hidup gue terus.jijik gue sama lo homo!"
rokok ditangan raka ikut terjatuh saat tubuhnya terpental diatas tanah,telapak tangan terbakar api rokok tidak dihiraukan oleh raka dia hanya perlu membuat bagas mau bicara panjang lagi walaupun hanya umpatan saja,tidak apa yang penting raka masih bisa mendengar suara berat bagasnya.

bibir itu tersenyum lemah menatap bagas yang berdiri mengambil bekal yang sebelumnya raka berikan,namun senyumnya tidak bertahan lama setelah bagas membuka penutup bekal itu dan melemparkan pada raka sekuat tenaganya.nasi goreng spesial untuk pemuda yang teramat spesial sekarang berserakan diatas seragam raka,menambah buruk penampilannya,juga setelah pipinya menerima pukulan keras.

"lo yang pergi atau gue?!"ancam bagas dengan nada datar,sungguh jika saja cintanya tidak sebesar itu mungkin di detik ini juga raka akan menyerah dan membalas memukul bagas untuk melepaskan kemarahannya.
"besok gue kesini lagi"ucap raka lalu sedikit merangkak untuk menjangkau ponsel bagas yang dilempar tak jauh darinya.setelah memberikan barang milik bagas maka raka memilih meninggalkan pemuda itu disana,dia tidak mau bagas yang pergi karena tempat itu adalah wilayah kesukaan bagas untuk menyendiri.

bagas menggeleng cepat menghalau rasa iba pada yang sempat tercipta,dia hanya terlalu kesal saat ada yang bertanya tentang karina si mantan pacar yang meninggalkannya tanpa alasan dan pindah sekolah di negara asing.raka tidak seburuk itu untuk dibenci namun tetap saja bagas risih jika ditempeli setiap saat.

sementara pemuda yang membuat mood bagas hancur bukannya membersihkan diri dan mengganti baju dengan seragam cadangannya malah berbelok menuju ruang kelas, diraihnya tas ringan tanpa buku lalu kembali beranjak cepat menuju sebuah lorong yang biasa digunakan sebagai jalan tikus oleh para siswa yang kebosanan di sekolah.

seragam kotor dibiarkan begitu saja,raka hanya menjejalkan tisu diwajahnya untuk menghilangkan noda makanan.

'gue mau kemana lagi'batinnya nelangsa.pulang kerumah bukanlah pilihan bagus karena rumahnya juga kosong dan membuat raka semakin mati kesepian,dia memilih berjalan kaki sejauh lima kilometer hingga sampai disebuah jembatan panjang.tidak banyak  kendaraan yang beroperasi karena masih di jam kerja sehingga bumi memilih memanjat batas pengamanan yang cukup tinggi dan duduk bergantung ditepian jembatan.

kedua tangan berpegangan pada pembatas jembatan
dengan kepala bersandar menikmati angin ringan,dibawah sana lautan berkilauan disinari cahaya matahari yang terus bekerja keras lalu malamnya akan terlupakan karena keindahan si rembulan.

satu tangan dilepas,jari yang bergetar berakhir di gigit kuat menahan rasa cemas yang tiba-tiba menyerang.gangguan mental pada usia remaja mungkin memang sudah biasa terjadi namun bersukur jika ada seseorang yang menemani dan menjadi tempat bercurah kata sedangkan pemuda malang itu selalu berakhir sendirian meredakan sesak direlung jiwa.

seharusnya raka sudah menjauh dari tepian jembatan karena bukannya tenang,tubuh itu semakin bergetar kala mengingat ekspresi terganggu diwajah bagas kala menatap maniknya.tidak ada pergerakan kapal dibawahnya hingga saat tubuh itu terlepas jatuh,raka tidak akan takut  membenturkan tengkoraknya pada badan kapal.
mata dibuka lebar menatap gerombolan awan dilangit seiring dengan punggungnya memecah air laut dengan keras, sedikit perih namun tidak apa-apa.biarlah tubuhnya yang kesakitan namun hatinya bisa kembali tenang, memindahkan tusukan jarum dari hati pada fisik yang lelah begitulah yang sering raka lakukan.





bagas&raka         (Oneshoot/Drabble)-HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang