Syekher Mania

5 1 0
                                    

disebelah timur halaman masjid Akbar surabaya ramai dengan para pengunjung yang datang dari segala penjuru, khususnya kota surabaya. Halaman seluas itu penuh sesak dengan lautan manusia hingga sampai tempat parkir. Bahkan berceceran hingga sampai ke jalan.

Mulai dari anak kecil hingga tua renta ikut mengisi, tak ketinggalan pula mereka yg berpasangan dari suami istri hingga muda mudi. Berbagai jenis pakaian yang mereka kenakan, mulai dari jaket hingga kaos yang kebanyakan dibelakang punggungnya bertuliskan "Syekher Mania", entah apa maksud dari kalimat tersebut. Toh itu hanyalah sebuah nama.

Di depan pentas, bendera dengan berbagai macam warna dan ukuran bertebaran, ada merah, putih, kuning, dan tak ketinggalan warna hijau yang terlihat mendominasi. Namun tak kulihat warna biru ikut berpartisipasi. mungkin saja ada tapi tak terlihat olehku yang agak jauh dari keramaian. Kain segi empat itu bergoyang-goyang bagai biduan kesetanan, seperti ujung dahan pohon yang terombang ambing tertiup angin, berputar-putar ke kiri dan kanan, ke depan dan belakang mengikuti irama lagu dari shalawat yang dilantunkan sang maestro, habib syekh, begitulah mereka menyebutnya.

Semua yang hadir begitu antusias mengikuti tampilan yang disuguhkan. Mereka menikmatinya dengan suka cita dan penuh kedamaian. Euforia penonton seakan tak terbendungkan, kulihat mulut mereka berkomat kamit menirukan lagu yang dibawakan. Oh ternyata mereka hafal betul syair yang di sampaikan. Pikirku, semoga mereka juga bisa memahami makna dibalik bait yang dilantunkan. Karena itu tidak sekedar syair dan puji-pujian yang bisa diucap setiap lisan, akan tetapi sanjungan itu harus benar-benar terealisasi dalam kehidupan.

Apa gunanya memuji jika dibelakang menghina? Apa gunanya menyanjung jika setelahnya tak acuh dan mematung? Sudahlah semoga saja anggapanku salah, yang terpenting semua bisa bahagia dengan keadaan yang ada. "Masalah moral, masalah akhlak biar kami cari sendiri", Begitulah potongan lirik lagu seperti yang diungkapkan salah seorang musisi negeri ini. Ya doakan sajalah semoga pencarian tersebut berhasil agar cepat membuahkan hasil.

Kembali pada masalah warna bendera. sebenarnya semua warna adalah sama. Semua memiliki karakteristik unik tersendiri. Merah melambangkan keberanian, kegagahan dan perjuangan. putih melambangkan ketulusan dan kesucian. kuning melambangkan kehangatan, kewibawaan dan optimisme. biru melambangkan loyalitas, ketenangan dan kepercayaan. hijau melambangkan keajaiban, kesejukan dan kesuburan.

Namun, apalah arti filosofis itu jika tak mampu memberi kesan magis yang bersifat realistis? Apalah makna putih jika tak bisa bekerjasama dengan merah? Bukankah mereka berdua seharusnya adalah satu, warna kebanggaan negara ini? Apalah arti hijau jika tak bisa berkompromi dengan biru? Bukankah mereka adalah warna kebanggaan umat ini?
Apalah arti kuning jika ingin selalu menang sendiri? sebenarnya semua akan nampak indah jika bersatupadu layaknya warna pelangi. benarkah apa yang aku katakan? Jika salah mohon jangan di diamkan.

Setiap orang memiliki kebebasan mengekspresikan rasa cintanya dengan berbagai hal. Bentuknya pun berbeda-beda, dan dengan bebagai macam cara pula, Asal tidak berlebihan dan kelewat batas. Bukankah ajaran Agama tidak menyukainya? jika kemudian ada golongan yang tak suka, tak usahlah saling mencela apalagi memaki, mencerca, dan menista. karena semua memiliki hujjah atas apa yang diyakininya.

perbedaan adalah sesuatu yang mutlak dan pasti ada, dalam masalah dan persoalan apapun di segala aspek dan bidangnya. Tiada gading yang tak retak, tak ada manusia yang tak memiliki aib dan cela. Bersama Lah maka akan nampak indah pada akhirnya. Bersatulah maka tak akan mudah terpecah belah.

Surabaya, 25 Januari 2018

Opini PagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang