Dalam kesendirianku, aku menemukan luka sebagai penjelmaan yang tragis namun melahirkan makna. Luka, bagai sebuah pohon yang tumbuh dari dalam diriku, menghujam dengan akarnya yang dalam ke dalam daging dan jiwa. Ia adalah titik kehadiran yang menyakitkan, namun dalam kepedihan itu tersembunyi keajaiban yang tak terpahami.
Luka adalah pelajaran tersembunyi dalam perjalanan hidup. Ia adalah pemberitahuan bahwa kita telah hidup dan merasakan. Sebagaimana petir yang menusuk langit, luka mengoyak kulit tipis kehidupan kita, mengungkapkan keterbatasan yang mendasarinya. Dalam setiap luka terdapat penanda waktu yang tak terbantahkan, mengingatkan kita bahwa rentang hidup ini terbatas dan kita adalah makhluk yang rapuh.
Luka adalah metafora dari perjalanan roh kita. Ia adalah saksi bisu dari pertempuran-pertempuran yang kita alami dalam pencarian makna dan kebenaran. Seperti sengatan api yang membara, luka-luka itu membakar ego dan harapan palsu yang kita sandarkan. Ia menyadarkan kita akan ketidaktetapan dunia ini, dan meruntuhkan sandaran yang pernah kita anggap kokoh.
Namun, dalam luka-luka itu terdapat kekuatan yang mengagumkan. Ia adalah prasyarat penemuan diri yang mendalam, seperti jalan berliku yang mengarah ke pusat kebenaran kita. Luka mengajarkan kita untuk berdamai dengan kerapuhan dan ketidakpastian, dan menghargai keindahan yang tersembunyi di balik samar-samar kesedihan.
Seperti burung Phoenix yang terbang melesat tinggi di angkasa, luka adalah alat transformasi jiwa. Ia membebaskan kita dari belenggu kebodohan dan ketidakpekaan, mengajak kita untuk memandang hidup dengan kebijaksanaan dan kepekaan yang lebih dalam. Luka membantu kita merangkul keberanian untuk melangkah maju, meskipun takdir yang tak terduga telah menghunus pedangnya.
Sebagai filosofi hidup, luka mengingatkan kita bahwa dalam kelemahan kita, terletak kekuatan sejati. Ia membawa kita pada penemuan diri yang tak terduga, menjadikan kita lebih sabar dan lembut terhadap diri sendiri dan orang lain. Luka adalah tonggak kehidupan yang menandai perjalanan kita menuju kebijaksanaan, memperkaya jiwa dengan pengalaman dan kearifan yang tak ternilai harganya.
Jadi, mari kita terimalah luka dengan penuh pengabdian dan kesadaran. Mari kita rasakan sakitnya dengan keberanian yang tak tergoyahkan, sambil menggenggam erat harapan dan cahaya di tengah pekatnya kegelapan. Luka adalah peringatan bahwa hidup adalah perjalanan yang penuh liku, dan dalam setiap belokan ada keindahan yang menunggu untuk ditemukan.
RS Dr Soetomo, Surabaya 30 Mei 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Opini Pagi
RandomHanya pendapat pribadi, siapa saja bebas beropini asal jangan rusuh dan gaduh hingga bikin suasana keruh. siapapun bebas berekspresi baik secara lisan atau tulisan asal jangan punya niatan bikin orang lain malu dan sakit hati karena Hujatan! begitul...