Burung

4 1 0
                                    


"Seandainya kalian semua bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, maka Allah akan memberi kalian rezeki, sebagaimana Allah telah memberi rezeki kepada seekor burung yg pergi (mencari makan) diwaktu pagi dalam keadaan perut kosong dan pulang diwaktu sore dalam keadaan perut terisi." (HR. Tirmidzi, hadis hasan)
Sabda Rasulullah tersebut mengajarkan kepada kita bahwa, kita bisa mengambil ibrah dari siapapun dan kepada apapun, bahkan hewan sekalipun. Nabi memberikan perumpamaan seekor burung yang memiliki sifat tawakkal yang patut dicontoh oleh manusia, semua hewan termasuk burung tidak memiliki akal yang bisa digunakan untuk berfikir layaknya manusia, ia hanya memakai insting untuk mempertahankan hidup dan menjaga kehidupannya.

Tak pernah kudapati seekor burung yang mati karena kurang gizi apalagi busung lapar, yang sering kita jumpai malah burung yang mati dalam sangkar karena "dibunuh" oleh tuannya, mungkin bisa jadi sebenarnya burung tersebut tak pernah ada keinginan untuk mempunyai seorang tuan apalagi dimiliki oleh seorang tuan. Mungkin begitulah wujud cinta sang tuan yang tak menghendaki perpisahan dengan burungnya.

Burung yang terpenjara tak bisa dijadikan contoh, bukan karena tak pantas tapi tuannyalah yang menjadikannya begitu. Berbeda dengan mereka yang tinggal di pepohonan dan terbang dg kedua sayap kecilnya, hinggap dimana saja, bebas mengais rezeki Tuhan tanpa hambatan dan juga gangguan. Mereka hanyalah sejumput daging yg hanya diselimuti bulu, tak ada pakaian baginya sebagaimana manusia, namun sengatan panas matahari tak menjadi kendala baginya. asal mereka bisa makan untuk sekedar mengisi perut, dimanapun dan kapanpun akan mereka cari meski berada di dalam tumpukan jerami bahkan dibalik pohon yg berselimut duri.

Tak pernah juga dijumpai rumah seekor burung di pohon yg mempunyai banyak fasilitas sebagaimana pada sangkar yg dibuat manusia, mereka hanya tinggal didalam sarang kecil berdinding jerami dan berselimutkan daun kering. Tempat itu pun hanya digunakan untuk beristirahat dan berlindung dari angin dan dinginnya malam. Disanalah induknya mengasuh, merawat dan memberi makan anak-anaknya hingga tiba saatnya mereka beranjak dewasa lalu belajar terbang untuk kemudian mengembara dan meninggalkan rumah mungil yg sejak kecil ditinggalinya.

Terbang dengan bebas di udara, berenang mengangkasa, menukik, meliuk-liuk menembus angin, tiada hambatan dan rintangan, apa gerangan tujuannya? Jika kau sedang berfikir perhatikan firman Penciptanya:

أَوَلَمْ يَرَوْا إِلَى الطَّيْرِ فَوْقَهُمْ صٰٓفّٰتٍ وَيَقْبِضْنَ  ۚ  مَا يُمْسِكُهُنَّ إِلَّا الرَّحْمٰنُ  ۚ  إِنَّهُۥ بِكُلِّ شَىْءٍۢ بَصِيرٌ
"Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pengasih. Sungguh, Dia Maha Melihat segala sesuatu."
(QS. Al-Mulk 67: Ayat 19)

Sampang, Desember 2019

Opini PagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang