Whats in a Name's

5 1 0
                                    

Apakah aku perlu memperkenalkan diri? Rasanya itu tidak terlalu penting. Lagipula aku bingung bagaimana caranya memperkenalkan diriku. Jika aku menyebutkan nama, mungkin selanjutnya yg ditanyakan adalah profesi, kemudian hobi hingga pada cita-cita. Ahh.. Apakah itu semua begitu penting? Lagipula siapa juga yang mau mengenal diriku. Jika pun ada bukan namaku yang ia butuhkan.

Sejujurnya, terkadang aku juga bingung dan sering berpikir Siapakah aku ini? Jika yg kupikir adalah nama, bagiku ia hanya identitas belaka. Diluar sana kau akan menemukan jutaan nama "tanpa makna", maksudnya ia hanya sesuatu yang digunakan hanya agar orang bisa memanggilnya jika dibutuhkan atau ketika berpapasan di jalan.

Setiap manusia yang lahir kedunia ini pasti ditempeli sebuah nama. sederhana saja, pada dasarnya tujuannya seperti yang sudah ku jelaskan sebelumnya. Tapi sebenarnya harapan di balik sebuah nama yang melekat tersebut terpahat cita-cita yang tinggi dan mulia. Semua orang tua memberi nama anaknya bukan hanya sekedar untuk menjadi manusia yang hidup, namun lebih jauh lagi, yaitu untuk menghidupkan manusia, termasuk si empunya nama.

Bagaimana seseorang bisa menjadi terkenal dan namanya bisa dikenali oleh banyak orang? Hmm.. Mungkin apa yang kupikirkan hampir sama dengan yang kau pikirkan. Pada dasarnya Identitas seseorang bisa dikenali dengan melihat "bagaiamana dia" dan "apa yg dia lakukan". Kalimat yang pertama menunjukkan bagaimana personality nya sebagai seorang individu. Sifat atau watak yang melekat pada seseorang bisa membuat kita mengenali orang tersebut lebih dalam. Seperti bagaimana tindak tanduknya, apakah itu baik atau jahat, kikir atau dermawan, mulia atau hina, dan lain sebagainya.

Adapun yang kedua, seseorang bisa dikenali dari apa yang dilakukan, bukan secara individu namun kolektif. Ketika seseorang melakukan sesuatu, pasti itu berhubungan dengan sesuatu yang lain dan hal tersebut akan memberikan dampak secara sadar atau tidak kepada lingkungannya, baik itu lingkungan aktif atau pasif. Pada intinya apa yg dilakukan seseorang entah itu baik ataupun sebaliknya akan memudahkan orang lain untuk mengenali siapa dirinya.

Muhammad SAW. dikenal oleh dunia bukan karena namanya semata, meskipun nama beliau sudah diramalkan sebelumnya. Namun kita mengenal Muhammad SAW. berangkat dari pribadinya yang Mulia. Ia bahkan dikenal " Yang dapat dipercaya " sejak masih muda oleh masyarakat disekitarnya. Selain itu Muhammad SAW dikenal oleh dunia karena ia banyak memberikan kontribusi yang berarti bagi dunia, merubah budaya yang tidak berperadaban, menjungjung tinggi nilai - nilai kemanusiaan, harga diri, hak perempuan, anak-anak dan segudang prestasi lainnya yang belum ditorehkan sebelumnya oleh manusia pada saat itu. Sebaliknya, cukuplah fir'aun menjadi contoh bagaimana kepribadiannya dan apa saja yang sudah dilakukan sehingga dunia menjadi kelam dan bumi pun tak tertarik untuk menampung jasadnya.

Itulah nama, eksistensi seseorang bisa dikenal melalui nama, namun itu tidak sebenarnya, nama hanyalah perantara. Kepribadian dan kontribusi lah yang akan kekal dalam ingatan dan ia akan menjalar dari mulut ke mulut dan di dengar oleh banyak telinga. Singa dikenal sebagai raja hutan bukan karena namanya, jika demikian ia tak ada bedanya dengan ayam ataupun domba. Singa pun terpilih sebagai raja bukan karena demokrasi penduduk hutan yang diselenggarakan oleh KPU para binatang. Ia menjadi raja karena dominasinya yang kuat diantara para binatang yang ada. Itupun karena manusia yang melabelinya sabagai raja hutan dan aku yakin dengan sebenar benarnya sandainya pun singa mengetahui hal tersebut ia tak akan peduli dengan predikat semacam itu.

Lantas bagaimana dengan kita sebagai manusia yang setiap hari seakan-akan ingin dilihat dan dikenal oleh manusia yang lain disebut namanya, dielu-elukan prestasinya?. Hmm.. Apakah manusia sekarang seperti itu? Mungkin tidak semua seperti itu tapi kebanyakan memang begitu. Perlukah aku sodorkan bukti? Baiklah, mari kita lihat bagaimana manusia modern yang hidup di zaman millenial dewasa ini. Berbagai macam aplikasi yang di tawarkan oleh Play Store dan semacamnya yang melahirkan Media sosial berbasis online seperti Whatsapp, Instagram, Facebook, Twitter, Youtube, dan semacamnya menjadikan kebanyakan dari kita haus akan "pengakuan". Jika dilihat, setiap sepersekian detik, jutaan manusia di dunia ini pasti akan "mengiklankan diri" di medsos, entah hanya sekedar memposting video, foto ataupun tulisan.

Memang adakalanya postingan tersebut memiliki banyak tujuan, mulai dari berdakwah, jualan, hingga menyebarkan hoax yang mengandung ujaran kebencian. Tapi tidak sedikit pula dari mereka yang hanya sekedar curhat dan bercerita yang entah tujuannya apa. apakah karena ia menginginkan atau merindukan sesuatu, kesepian atau sekedar iseng tidak jelas. Namun secara garis besar mereka ingin dianggap keberadaannya dan diakui eksistensinya. Ya begitulah pendapatku, jika kalian punya pendapat lain itu terserah kalian. Namun, aku berpikir jika eksistensi itu memang sangatlah penting, jika tidak, maka tak usahlah hidup, karena kehidupan itu sendiri merupakan eksistensi keberadaan kita dan bukti kalau kita pernah hidup. Akan tetapi bagiku nama tidak menunjukkan sebuah eksistensi, eksistensi lah yang menunjukkan suatu nama. Sehingga tidak penting siapa nama kita, yang terpenting adalah bagaimana kontribusi kita sebagai manusia.

Ingatlah sabda mufti besar Sunni Islam dan pendiri Mazhab As-Syafii (767-820 M), Imam As-Syafii yang pernah mengatakan: "Banyak orang yang telah meninggal, tapi nama baik mereka tetap kekal. Dan banyak orang yang masih hidup, tapi seakan mereka orang mati yang tak berguna". Menurutmu apakah yang menyebabkan seperti itu wahai saudaraku? Semua itu tidak lain adalah peninggalan atau "prasasti jasa" yang telah ditorehkan semasa hidup. Jika demikian adanya, Benarlah kalamullah yang termaktub dalam kitabNya. ".. Wanaktubu ma qoddamu wa Atsarahum..." Lihat dan perhatikanlah, bahkan Sang Penguasa dan Pemelihara Jagad Raya tidak mengatakan "wa Asma'ahum"!

Sampang, Agustus 2019

Opini PagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang