Siang tadi, ratusan masa mengendarai sepeda motor dengan dikawal oleh puluhan aparat berseragam dan beratribut lengkap dari depan Rumkital dr. Ramelan menuju kantor kejati jawatimur, yang berada di Jl. Ahmad Yani No.54, Gayungan, Kec. Gayungan, Surabaya. Mereka mengusung sejumlah bendera, beberapa poster dan spanduk. Dari beberapa bendera yang dibawa menunjukan bahwa mereka berasal dari beberapa ormas dan organisasi yang ingin menyampaikan pesan. Pesannya jelas : unjuk rasa menuntut keadilan aparatur Negara, khususnya DPRD yang bertugas di kota Surabaya. Dari beberapa sepanduk nampak berbagai tulisan, seperti : “usut tuntas anggaran DPRD Tahun 2004 – 2009”,atau “Kejati ! bekerjalah sesuai nurani!” atau bahkan seperti: “korupsi terus sampai mati!”. Entah apa maksud dibalik tulisan yang mereka buat, semua seakan ditutujukan kepada orang yang tak pantas untuk dihormat. Bukankah mereka adalah wakil rakyat yang memangku amanat masyarakat ?.
Sementara itu, di depan pintu gerbang gedung kantor kejati yang dijaga oleh beberapa orang polisi, nampak di atas mobil pickup yang dihiasi dengan sound sistem, si orator sedang menyampaikan pidato di depan masa dengan semangat berapi – api menirukan gaya sang proklamator. Dilanjutkan dengan tuntutan yang dialamatkan kepada para pejabat kantor, yang intinya agar mereka tidak berlaku kotor. Anehnya, masyarakat yang melintasi jalan itu tak acuh sama sekali. Pedagang kaki lima terus saja menjajakan dagangannya kepada para pembeli. Para karyawan yang kebetulan lewat, seakan tak peduli. Memang ada beberapa orang yang menoleh karena ingin tahu apa yang terjadi, mereka ingin melihat ada apa gerangan, lalu bergumam, “ Oh, ada demo lagi rupanya”. Itu saja, selebihnya cuek tak menghiraukannya. Seakan mereka menganggap kejadian ini adalah sesuatu yang lumrah dan biasa - biasa saja.
Aneh memang, bukankah sebenarnya yang dilakukan para masa itu jelas – jelas memperjuangkan kepentingan mereka, kepentingan orang banyak yang kehidupannya semakin kurang layak dan terus terinjak oleh keputusan dari para penguasa yang kurang bijak? Kenapa para masyarakat tidak mengelu – elukan para demonstran itu seperti halnya para pahlawan yang bisa dibanggaakan? Kenapa juga aksi unjuk rasa itu kurang mendapat respon sebagaimana yang diharapkan? Bukankah mereka sudah banyak yang berkorban dan menjadi korban penindasan? Semua tidak cukup dengan hanya berdiam diri dirumah dan berdo’a kepada Tuhan. Adakalanya seseorang harus turun kejalan untuk menjemput dan mencari keadilan yang sudah hilang berserakan.
Ditengah keramaian, terlihat seorang lelaki paruh baya sedang keluar dari barisan para demonstran, ia terlihat tidak semangat. nampak jelas keringat bercucuran dari tubuhnya membasahi jaket kumal yang dikenakannya. Dibawah pohon yang rindang dia duduk sembari mengipas wajahnya dengan bendera kecil yang dipegang, mungkin orang itu kepanasan. Tak lama berselang, seorang petugas keamanan datang. Polisi itu menghampiri dan bertanya, “habis dari sini mau aksi kemana lagi pak?”, “ohh.. saya ndak tau pak”, jawab lelaki itu. senyum kecut terlihat dari si penanya, dia hanya diam membisu. Bagaimana mungkin ia tidak tahu? Lalu apa tujuannya datang ke tempat itu? utuk menghabiskan waktu? jika benar demikian, jelas itu adalah sesuatu yang kurang bermutu.
Ternyata dibeberapa titik ada sekitar belasan orang melakukan hal yang sama. Mereka menjauhi terik panas matahari yang membara. Ada yang duduk berselonjor dengan rekannya sambil bercanda, ada yang memeluk lututnya sembari memicingkan mata, ada juga yang duduk bersila dan bercandaria. Jika tidak antusias kenapa mereka harus ikut andil agar para dewan bisa berlaku adil? bukankah seharusnya mereka pergi bekerja, atau setidaknya mengisi waktu kosong untuk ngopi dengan tetangga dan bercengkrama bersama keluarga. ataukah mungkin memang seperti itulah pekerjaan yang mereka bisa? Ya, paling tidak dengan ini mereka bisa mengisi perut untuk sementara agar bisa sedikit berwacana dan kembali menantang kejamnya dunia.
Seorang pemuda berjalan dengan santai menjauhi kerumunan masa, nampak jelas dari penampilannya bahwa dia seorang aktivis dari kampus ternama. Ia berbisik pelan ke telinga rekan yang berada disampingnya: “beginilah aksi proyek”, ujarnya, direspon dengan tawa kecil pertanda mereka memahaminya. Kalimat yang singkat namun mengandung sejuta makna. Secara umum, proyek bisa dikatan sebagai sesuatu yang memang sudah direncanakan sebelumnya dan terstruktur dengan baik dan matang demi mencapai tujuan gemilang yang diinginkan. Tetapi, siapa yang merencanakan? Apa gerangan tujuan yang diharapkan?.
Surabaya, Oktober 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Opini Pagi
RandomHanya pendapat pribadi, siapa saja bebas beropini asal jangan rusuh dan gaduh hingga bikin suasana keruh. siapapun bebas berekspresi baik secara lisan atau tulisan asal jangan punya niatan bikin orang lain malu dan sakit hati karena Hujatan! begitul...