Apakah yang akan aku tulis ? itulah kalimat pertama yang kupikirkan sedari tadi, darimana aku harus memulainya ? mungkin itu kalimat keduanya, Dulu aku pernah memberikan sebuah nasehat kepada seseorang agar tak usah terlalu banyak berfikir dan bingung mengenai bagaimana dan darimana seseorang harus mulai melakukan sesuatu.
solusinya hanya satu, cukup lakukan langkah awal dengan segera dan jangan sia-siakan waktumu untuk berpikir darimana harus memulainya, karena tindakanlah yang bisa menyelesaikan persoalaan, bukan berpikir dan berpikir tanpa ada upaya dengan segera.
Sungguh payah! Aku bisa memberikan nasehat kepada orang lain, namun jika sudah begini, siapa yang akan menasehatiku ? kembali ke masalah awal, apa yang akan kutulis? sebenarnya aku bukanlah seorang wartawan ataupun jurnalis yang pandai menulis, merangkai dan mengolah kata - kata bak mutiara sehingga bisa membuat para pembaca merasa tertarik dan terkesima usai membaca tulisannya.
Aku juga bukan seorang punjangga yang suka menggubah syair dan bermain dalam untaian kata-kata. Ah.. aku terlalu berhayal jauh memimpikan bisa seperti mereka. Tak ada yang istimewa dariku, aku hanyalah pemuda biasa yang mungkin dalam berbagai hal tak ada sesuatu yg spesial yang bisa kuceritakan.
Mungkin karena sedikitnya pengalaman, atau karena kurangnya pemahamanku dalam membaca ritme kehidupan. Oh ya, sebenarnya dari tadi aku bingung, mulai darimana aku akan menulis. Sesungguhnya aku tak suka dan tak terbiasa berbasa-basi karena memang sepertinya aku tak pandai beretorika seperti halnya para mahasiswa yang mengambil fokus program studi ilmu komunikasi dan sastra.
jadi, Inilah aku dengan segala keterbatasanku yang jauh dari kesempurnaan. "mas.. mau pesan apa?" tanya seorang penjaga warkop (warung kopi) padaku. ahh.. sudah berapa lama aku melamun memikirkan apa yang akan aku tulis."kopi hitam aja mbak",jawabku menimpali pertanyaanya. "pahit atau manis, mas ?" tanyanya kembali padaku, "sedang - sedang saja mbak,, gak terlalu pahit dan gak terlalu manis",begitu jawabku.
Beberapa saat kemudian mulailah terlintas dalam benakku mengenai pertanyaan dari mbak penjaga warkop tadi, pahit atau manis ? "hmm.. sungguh dalam makna dari pertanyaanya",pikirku dalam hati, tanpa kusadari pertanyaannya sedikit memberi inspirasi mengenai apa yang akan kutulis.
"Pahit atau Manis", hal ini bukanlah persoalan sederhana. sejatinya itu merupakan sebuah pilihan yang harus di ambil oleh setiap manusia dalam menjawab segala hukum dari kehidupan yang ada ini.
Jika boleh dianalogikan, rasa "Pahit" selalu dibungkan dengan sesuatu yang nggak enak. Sebaliknya, "Manis" selalu dikaitkan dengan sesuatu yang enak - enak. misalnya: ice cream itu manis, buah itu manis, dan senyummu sungguh manis. Tidak! Bukan ini yang kumaksud, tetapi yg kumaksud adalah bagaimana konsekuensi akibat pilihan yang dibuat manusia itu sendiri.
Apakah berakibat Pahit ataukah berujung Manis ?? Bukan saja melulu pada hasil, tapi juga sebuah proses. sebab, manusia dalam segala aspek kehidupannya tak akan pernah bisa lepas dari yang namanya "pilihan".
Kemudian dari pilihan itulah ia harus menentukan Proses. Nah, disinilah kita sebagai makhluk yang memiliki otak, (maksudnya bisa berfikir), dituntut untuk berpikir cerdas dan bukan berpikir keras, agar mendapatkan hasil yang manis. Dan lagi, yang perlu diingat (kalo perlu dicatat), "hasil yang Manis, adakalanya diperoleh dari sebuah Pilihan dan Proses yang Pahit".
beberapa detik kemudian, "mas.. permisi, ini kopinya", ucap si pelayan warkop sembari meletakkan secangkir kopi hitam di depanku, "oh.. inggeh mbak, makasih",jawabku. Inilah hasil dari pilihanku, sedikit pahit dan sedikit manis (sedhengan).
Surabaya, 25 Oktober 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Opini Pagi
LosoweHanya pendapat pribadi, siapa saja bebas beropini asal jangan rusuh dan gaduh hingga bikin suasana keruh. siapapun bebas berekspresi baik secara lisan atau tulisan asal jangan punya niatan bikin orang lain malu dan sakit hati karena Hujatan! begitul...