3

1.9K 135 0
                                    

Sania pulang ke rumah dengan keadaan yang amat sangat sepi, tidak terdengar suara dari handphone, entah itu Alva sedang scroll - scroll TikTok, Instagram, ataupun yang lain, atau sekedar memutar musik. Kadang nonton tv, tidak ada suara - suara dari dua benda kotak itu, suara Alva sendiripun tidak ada.

Sania berjalan ke kamar Alva dengan banyaknya kertas di tangannya, ahh anak itu sedang tidur dengan pulasnya.

"Tumben ..."

Sania menaruh kertas - kertas di tangannya ke meja belajar Alva yang berada tepat disebelah kasurnya, Sania memakaikan anak itu selimut tebal sebatas dada, dan pergi meninggalkan kamar Alva, membiarkan putranya itu istirahat dengan baik.

Sania di kamarnya membuka laptop dan mengerjakan segala hal dari atasannya.

Belum juga sejam ia bergulat dengan kertas - kertas itu, panggilan dari sang bos kembali masuk, Sania mengangkat panggilan itu.

"Halo?"

" .... "

"Harus saya, Pak? Mohon maaf Pak, kalau untuk survive-nya saya tidak bisa untuk sekarang ini, kalau bagian mengisi survey dan di survive oleh yang lain saya bisa kerjakan, Pak!" Ujarnya sopan

" .... "

Bosnya memintanya untuk survival sekarang juga, ia tidak mungkin meninggalkan Alva sendirian di rumah.

"Bagaimana kalau besok, Pak? Saya langsung kesana pagi - pagi banget..."

" .... "

"Anak saya sedang sakit Pak ... Besok saya langsung ke tempat survival, dan saya langsung survey saat itu juga. Kalau Bapak mau, saya kesana subuh, bagaimana Pak?"

" .... "

"Baik, maaf karena tidak bisa membantu sekarang, dan terimakasih banyak atas pengertiannya." Sania menghela nafas panjang setelah panggilan itu terputus

Alva yang memang sudah lama berada di balik pintu kamar Sania, tanpa permisi masuk setelah mendengar percakapan bundanya dan atasannya.

"Bunda disuruh balik kesana? Bunda kesana aja, aku gak papa."

Sania menarik tangan Alva di dudukan di sampingnya. "Bunda kesana besok pagi, gak mungkin bunda ninggalin kamu sendirian di rumah, kamu belum stabil bener."

Alva tersenyum, Sania ikut tersenyum, "Muka kamu tambah pucet! Kenapa? Pusing? Istirahat lagi aja ya?" Ujar Sania dengan mendekap kedua tangannya di kedua pipi Alva

"Aku istirahat disini aja." Ujar Alva

Sania hanya mengangguk, membiarkan anaknya itu merebahkan tubuhnya di kasurnya.

Sania menyelimuti tubuh Alva sebatas dada, menata guling di taruh di samping Alva, dan dirinya yang beranjak ke sofa. Agar Alva istirahat dengan nyaman, tidak terganggu dengan pergerakannya yang tiba - tiba akibat mengotak - atik kertas - kertas penting itu.

"Apa aku suruh Dela tinggal disini aja ya? Biar Alva ada temannya juga, terus biar ada yang jagain juga kalau Alva lagi sakit gini dan aku ada kerjaan di luar?" Monolognya melihat Alva yang kembali pulas, wajahnya memucat.

Omong - omong, Dela adalah adiknya, Sania tiga bersaudara, dan ketiganya semuanya perempuan. Rere, adik pertamanya baru saja lulus kuliah, dan Dela seumuran dengan Alva.

"Iya deh, aku suruh tinggal disini aja, sekolahnya biar sama Alva, biar bisa deket juga mereka." Monolognya lagi

Mungkin karena jarang banget bisa ketemu, membuat hubungan diantara keduanya tak terlalu akrab. Sania berkunjung ke rumah orang tuanya juga tidak bisa setahun sekali.

SurrendersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang