Chapter 19

2.3K 172 2
                                    

Happy reading

      

      

"Karena aku suka kamu, Jen."

Jendra menatap Rendi tak percaya.

"Bentar-bentar.. Lo jangan becanda Ren. Gak lucu tau," ucap Jendra berusaha menyangkal.

"Aku serius Jen. Aku suka sama kamu," ucap Rendi mantap.

Jendra terdiam. Mendadak lidahnya kelu. Ia menatap iris hitam Rendi, mencoba mencari jawaban.

"Sejak kapan?" tanya Jendra akhirnya.

"Sejak awal pertemanan kita. Sejak kita masih SMP," jawab Rendi sendu.

Mata Jendra membelalak.

"Tadinya aku pikir aku cuma tertarik sama kamu, Jen. Tapi semakin kenal kamu, kenal kepribadian kamu, aku jadi semakin suka. Apalagi kamu memperlakukan aku baik banget dan juga lembut. Gak seperti yang lain. Dan perasaan ini jadi semakin besar sejak kamu bela aku dari Saka-Yayan."

"Ren, tapi aku-"

"Tolong jangan potong aku dulu Jen!"

Rendi menatap Jendra yang kini juga tengah menatapnya.

"Aku tau terlalu percaya diri rasanya kalo aku bilang kamu bersikap lembut sama ku. Tapi itulah yang aku rasa Jen. Kamu selalu memprioritaskan aku. Contoh kecil, kalo kita, kamu, aku, Harsa mau pergi atau sekedar belajar kelompok, kamu selalu mendahulukan pendapatku. Dan itu berlaku dalam hal apapun. Jadi, salahkah aku kalau berharap lebih Jendra?"

Rendi diam sejenak. Ia mengalihkan pandangannya dari Jendra, menatap kosong ke depan.

"Aku gak minta kamu balas perasaan aku, Jen. Aku tau, kamu cuma nganggap aku temen, gak lebih. Aku cukup sadar diri untuk itu. Jadi kamu gak perlu merasa bersalah. Aku cuma mau ngungkapin perasaanku. Karena rasanya sesak nyimpen ini semua sendiri tanpa membaginya sama siapapun. Dan sekarang..."

Rendi menatap Jendra dan tersenyum.

"Aku lega sudah membaginya sama kamu."

Jendra bingung. Ia tak tahu harus berkata apa. Ia tidak bisa membalas perasaan Rendi, tapi bagaimana mengatakannya.

Jendra menghembuskan nafas kasar.

"Gue gak tau mesti gimana ngomongnya. Tapi Ren, gue gak ada perasaan spesial sama lo. Gue murni nganggep lo temen, sahabat. Kalo gue selama ini bersikap baik dan lembut ke elo, itu karena lo sendiri bersikap seperti itu ke gue, Ren. Bagi gue, gimana orang bersikap ke gue, begitu pula gue bersikap sama orang itu. Lo paham kan maksdunya?"

Rendi mengangguk.

"Bagi gue, lo dan Harsa memang bukan temen biasa. Tapi bukan dalam konteks cinta-cintaan. Melainkan sodara. Lo tau kan gue cuma punya ayah. Jadi kalian berdua lah sodara gue."

"Iya Jen. Aku ngerti kok."

"Maafin gue ya Ren. Karena gak bisa balas perasaan lo."

Rendi tersenyum lagi.

"Iya Jen, gapapa. Aku ngerti kok. Tapi Jen, aku boleh minta satu hal gak?"

"Apa?"

"Tolong jangan berubah ya!"

"Berubah gimana maksud lo?"

"Ya berubah jadi canggung gitu, jadi gak enak, karena aku suka sama kamu. Karena aku abis confess ke kamu."

Between Two Hearts | MarkNo (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang