Happy reading
Mobil Jaksa memasuki area rumah Jendra. Sementara menunggu Jendra menutup pagar, Jaksa mengamatinya dari jauh. Gerak-gerik Jendra menjadi perhatiannya. Bagaimana tubuh tinggi yang sangat proporsional itu berjalan. Langkahnya tegap. Badannya bergerak seiring kakinya bergantian menapak di aspal. Sebelah tangannya memegang tas di samping badan. Sementara sebelah lagi tengah memainkan kunci.
Tap!
Jendra berhenti di dekat Jaksa.
"Kenapa?" tanya Jendra pada Jaksa.
Jaksa hanya tersenyum. Ia mendekat lalu merangkul pundak Jendra dan mengiringnya berjalan menuju rumah. Jendra terpaksa menurut. Ia mensejajarkan langkahnya dengan langkah Jaksa.
"Duduk, Kak. Gue ambil minum dulu," ucap Jendra pada Jaksa saat mereka sudah berada di ruang tamu rumahnya.
Ia hendak melangkah menuju dapur, namun Jaksa menahan tangannya. Dan dengan sekali sentak ia menarik Jendra hingga terduduk di sofa tepat di sebelahnya.
Jendra terkejut. Ia hendak protes namun pergerakan Jaksa mengagetkannya. Pemuda itu kini mendekatkan dirinya pada Jendra. Membuat Jendra bergerak mundur.
"L-lo ma-mau ngapain?" tanyanya terbata.
Jaksa tak menghiraukannya. Ia justru meletakkan kedua tangannya di sebelah badan Jendra, hingga kini remaja itu terkungkung. Jendra makin terpojok, namun tak memberontak. Kini badannya sudah menempel pada sandaran sofa dan tak ada lagi tempat untuknya menghindar. Sedangkan Jaksa masih terus maju. Tanpa sadar Jendra menahan napas.
Saat wajah keduanya hanya berjarak beberapa cm, Jaksa berhenti. Ditatapnya tajam manik mata Jendra.
"Sudah dibilang jangan elo-gue sama Nana. Tapi kamu masih melanggar," ucap Jaksa.
Suaranya terdengar berat dan dalam. Membuat Jendra merinding.
"M-maaf," ucapnya lirih.
Jujur nyalinya menciut.
"Satu lagi, panggil aku Nana, seperti dulu."
Jendra menatapnya ragu.
"Kamu sendiri dulu yang ngasih nama itu. Kenapa sekarang kamu lupa?"
"A-aku gak lupa. A-aku c-cuma belum terbiasa."
"Kalo gitu biasakan. Karena mulai sekarang dan seterusnya kita bakal terus bersama."
Jendra mengernyit.
'Apa maksudnya?' batin Jendra.
"Kamu ngerti kan, Abi sayang!?"
Jendra mengangguk ragu.
"Good."
Jaksa lalu mengusap kepala Jendra dan ia menegakkan badannya kembali. Jendra bernafas lega. Ia menoleh pada Jaksa yang kini tengah duduk menyandar pada sofa sambil menatapnya. Pemuda itu tersenyum seolah tak terjadi apa-apa.
Setelahnya Jendra segera berdiri dan beranjak menuju dapur. Ia jadi enggan berdekatan dengan Jaksa.
● BETWEEN TWO HEARTS ●
Malam harinya pukul 7 Jagad sampai di kediamannya. Ia melangkahkan kaki memasuki rumah seraya melepas kancing kemeja teratasnya. Ketika akan melewati meja makan hendak menuju dapur, ia mencium aroma makanan yang lezat. Jagad berhenti sejenak. Berbagai makanan sudah tersaji di meja dan tampak masih panas. Ia tertegun. Siapa yang menyiapkan semua makanan itu? Tidak mungkin Jendra yang melakukannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/342729991-288-k159148.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Two Hearts | MarkNo (Revisi)
RomanceJENDRA : "Vin.. Tolongin aku, Vin.. Aku takut." MARVIN : "Ssstt... Tenang. Jangan takut! Saya ada disini." Start : 230623 End : 060723 Revisi start : 280624