Chapter 26

2.4K 192 1
                                    

Happy reading


       

Marvin, Harsa dan Rendi baru saja tiba di rumah Jendra. Mereka berdiri di depan pintu rumah megah tersebut, lalu Marvin memencet bel. Tak lama pintu terbuka, tampak Jagad di baliknya. Harsa dan Rendi memperhatikan ayah sahabatnya itu. Beliau nampak lebih kurus dari biasanya.

"Siang, Om," sapa keduanya.

"Siang Harsa, Rendi. Ayo masuk!" ajak Jagad.

Ketiga orang itupun masuk dan kini tengah duduk di ruang tamu.

"Jendra masih tidur. Kalian tunggu sebentar ya!?" ucap Jagad.

"Iya Om," ucap keduanya kompak.

"Sebelumnya Om mau ngomong sebentar sama kalian berdua," ucap Jagad serius.

Jagad menghela nafas berat.

"Kalian sudah tau kondisi Jendra kan?"

Kedua remaja itu mengangguk.

"Jendra sekarang ini sangat sensitif. Hal kecil yang mengingatkan dia sama kejadian yang menimpanya membuat dia mudah merasa ketakutan. Dia juga selalu dihantui mimpi buruk dan kadang gak mau makan. Dia sering tiba-tiba menangis sendiri, atau berteriak ketakutan."

Jagad menghentikan kalimatnya. Diamatinya kedua remaja sahabat anaknya itu. Raut kesedihan tampak di wajah mereka.

"Om minta tolong kalian hibur dia. Kasih dia support. Itu yang paling dia butuhkan saat ini. Dan kalau bisa, bujuk dia supaya mau keluar rumah. Supaya bisa sekolah lagi."

"Iya Om. Kami pasti bakal hibur Jendra," ucap Rendi. Yang diangguki oleh Harsa.

"Terima kasih ba-" belum sempat Jagad melanjutkan kata-katanya, terdengar teriakan Jendra.

"AAA... JANGAAANN!!"

Jagad segera berlari menuju kamar putranya dengan diekori oleh ketiga orang pemuda itu tadi. Dan saat Jagad masuk ke dalam kamar, dilihatnya Jendra tengah meringkuk di ranjang dengan badan bergetar hebat. Ia membenamkan kepalanya diantara kedua kakinya. Lalu tangannya memegangi kepalanya.

"Jendra," panggil Jagad.

Remaja itu tak merespon. Kemudian Jagad duduk di tepi ranjang Jendra. Ia menyentuh pelan tangan Jendra yang membuat remaja itu bereaksi. Ia mengangkat wajahnya bersamaan dengan menepis tangan ayahnya. Jendra lalu bergerak mundur, menempelkan badannya pada headboard. Wajahnya nampak sangat ketakutan.

"Jen.." Jagad kembali mendekat.

"JANGAN!" teriaknya.

"JANGAN MENDEKAT!"

"Jendra, ini ayah."

"JANGAN MENDEKAT!"

Jendra menarik selimut dan menutupi badannya.

"Hei, tenang. Ini ayah, Nak." Jagad berusaha mendekat, ia meraih lengan putranya.

"JANGAN! JANGAN APA-APAIN AKU! PERGI! JANGAN DEKAT-DEKAT!"

Jendra memberontak mencoba melepas pegangan ayahnya. Harsa dan Rendi yang pertama kali melihat Jendra seperti itu tercengang.

"Jendra tenang, INI AYAH!" ucap Jagad dengan suara meninggi.

Ia menatap putranya itu dengan putus asa. Tangannya tak lepas dari lengan kurus itu.

Mendengar teriakan Jagad, Jendra seolah tersadar. Ia menatap ayahnya.

"Lihat, ini ayah. Bukan orang lain. Gak perlu takut," ucap Jagad lembut.

"A-Ayah?" ucap Jendra.

Nada suaranya bergetar.

Between Two Hearts | MarkNo (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang